Tinggi Tanaman : hingga 25 meter
Diameter Tajuk : hingga 15 m
Batang dan Percabangan
informasi mengenai batang tanaman Kelapa Sawit terdiri dari pembuluh pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim.
Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktifitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga seperti umumnya tanaman monokotil terjadi penebalan sekunder dan tidak terjadi pada batang.
Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena aktifitas Penebalan Meristem Primer yang terletak di bawah meristem pucuk dan ketiak daun. Padatahun pertama atau kedua pertumbuhan tanaman Kelapa Sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian pangkal, dengan diameter batang bisa mencapai 60 cm.
Setelah pertumbuhan ini, batang akan mengecil dengan diameter sekitar 40 cm tetapi pertumbuhan tinggi menjadi lebih cepat. umumnya laju pertambahan tinggi batang kelapa sawit bisa mencapai 35 - 37 cm per tahun tergantug pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik.
Laju produksi daun kemungkinan tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan batang. Di Afrika daerah Pantai Gading, yang produksi daunnya terakumulasi pada musim hujan saja, panjang buku atau internode batang pada beberapa progeni berkisar 14 - 33 mm. Sementara di Malaysia yang produksi daunnya hampir merata sepanjang tahun, rata rata panjang buku berkisar dari 15 cm untuk tanaman umur 4.5 tahun dan 25 mm pada tanaman umur 10.5 tahun.
Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira kira umur 11 - 15 tahun. Setelah itu, bekas pelepah daun mulai rontok, biasanya meluas ke atas dan ke bawah. Batang Kelapa Sawit tua biasanya sudah tidak ada lagi bekas tangkai pelepah daun tua, kecuali sedikit di bawah tajuk.
Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu
- sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah
- Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara minral dari akar ke atas yaitu daun serta menyalurkan hasil fotosintesis atau fotosintat dari daun ke seluruh bagian tanaman
- Sebagai organ penimbun zat makanan hasil fotosintesis
Sistem pembuluh pada spesies Palem atau Palma diteliti oleh Zimmerman dan Tomlinson pada tahun 1972 dan 1974 dan hasilnya dirangkum oleh Corley dan Gray dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman monokotil mempunyai sistem pembuluh dalam yaitu Xylem dan pembuluh luar yaitu Phloem. Pada tanaman kelapa sawit sistem pembuluh terdiri dari 20.000 an ikatan pembuluh, sedangkan sistem pembuluh luar xylem terdiri dari sejumlah untaian serabut korteks. Semua ikatan ikatan pembuluh ini berkumpul pada daun atau pada bekas daun yang sudah rontok. Sebelum masuk ke daun, setiap ikatan membentuk beberapa cabang yang bergabung dengan ikatan ikatan lain di sekitarnya. Sehingga ikatan ikatan tersebut akan saling berhubungan satu sama lain sehingga bagian cabang atau daun yang berbeda mempunyai pembuluh pembuluh yang berhubungan secara langsug.
Pada Kelapa Sawit, cabang cabang ikatan pembuluh dalam xylem ini terbentuk pada bagian luar untaian serabut korteks, saluran pembuluh luar.
Berdasarkan irisan melintang pada batang, jumlah ikatan ikatan yanga da kurang lebih sama pada setiap ketinggian tertentu. pada cabang, ikatan pembuluh utama sebelum masuk ke daun terdapat struktur satelit yang mengarahkan sebagian pembuluh ke infloresen buga di ketiak daub tersebut. atau ke indfloresen lain di ketiak daun sebelahnya.
Hal yang menarik dari sistem pembuluh kelapa sawit yaitu panjangnya umur sel sel phloem atau sieve tube. Sel sel tersebut bertanggug jawab terhadap pergerakan asimilat ke bawah. Berbeda pada species dikotil yang mengalami penebalan, sel sel phloem berganti setiap tahun atau dapat bertahan hanya sampai 5 - 10 tahun
Pada spesies palem paleman yang tidak mempunyai pertumbuhan sekunder, sel sel phloem bertahan sepanjang umur tanaman terebut dan bertanggung mempunyai pertahanan skunder
Perbedaan antara Slave Tube tanaman kelapa umur 50 tahun dengan sieve tube kebanyakan tanaman Angiospermae muda hanyalah ada pada sejenis polisakarida.
Kedua hal ini berhubungan dengan penyumbatan sieve plate diantara sieve plate yang berdekatan. Sedikit kalosa kadang kadang dapat ditemui pada Slieve plate kelapa sawit tetapi tidak terdapat kotoran.
Fungsi batang sebagai orgam penimbun zat makanan sedikit informasi yang bisa didapat, tetapi umumnya mengandung kalium dengan iming iming besar dan Kandungan unsur hara batang tanaman Kelapa Sawit mengandung sejumlah besar karbohidrat dan mineral. Kandungan unsur hara batang kelapa sawit pada umur semakin tua kandungannya semakin rendah.
Akar pada tanaman Kelapa Sawit berfungsi untuk
- Menunjang struktur batang di atas tanah
- Menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
- Sebagai salah satu alat respirasi
Sistem perakaran Kelapa Sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas Akar Primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener.
Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2 - 4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7 - 1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener.
Akar kuartener tidak mengandung lignin, panjangnya 1 - 4 mm dengan diameter 0.1 - 0.3 mm. Biasanya akan kuartener ini diasumsikan sebagai akar absorbsi utama alias feeding root walaupun hanya sedikit bukti bukti mengenai hal ini.
Dari akar tersier juga ada cabang akar yang panjangnya 2 cm dengan diamater 0.2 - 0.8 mm yang dinamakan akar kuartener. Namun sebenarnya akar tersebut lebih tepat disebut cabang akar tersier karena mengandung lignin serta strukturnya lebih tebal dari akar kuartener.
Daun Tanaman
Morfologi daun dari tanaman kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian
- Kumpulan Anak daun leaflets yang mempunyai helaian daun atau lamina dengan tulang daun atau midrib
- Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat
- Tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan batang
- Seludang daun atau sheath yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan daun. Pada daun yang sedang berkembang, seludang daun berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna.
Karena daun berkembang terus menerus, sedangkan seludang daun sudah tidak berkembang, serabut serabut seludang menjadi robek dan tersebar dan terpisah membentuk barisan duri atau spine sepanjang tepi tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut tersebut.
Sejumlah kecil jaringan serabut juga dijumpai pada bagian ketiak daun. Pada anak daun yang gagal tumbuh, terbentuk helai daun atau lamina dengan tulang daun pendek, membentuk duri tipe kedua. Duri ini dapat dibedakan secara jelas dengan duri pada seludang daun di petiole. Bentuk anak daun panjang dan sempit atau Pinnate dengan sebuah tulang daun dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang daun tersebut.
Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap difusi uap air. Stomata umumnya terletak pada anak daun saja.
Daun dihasilkan dalam urut urutan yang teratur. Daun termuda yang sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun momor 1. sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dalam bentuk pupus daun atau spear leaf dinamakan daun nomor nol. Daun daun yang lebih muda lagi secara berurutan diberikan nomor negatif -1, -2 dan seterusnya. Keuntungan dari sistem penomoran daun ini yaitu daun yang bernomor sama kira kira akan mempunyai umur fisiologis yang sama dan daun daun tersebut pasti berada pada fase sama dalam proses inisiasi sampai senescence.
Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam arah basipetal atau dari atas ke bawah. Pada daun nomor nol, rachis sudah memanjang secara lengkap, sedangkan anak anak daun sudah membuka semua pada daun nomor satu.
Luas daun tanaman Kelapa Sawit meningkat secara progresif pada umur sekitar 8 - 10 tahun setelah tanam, atau sekitar TM 5 - TM 8. Biasanya luas daun pada umur yang sama beragaam dari satu daerah ke daerah lain tergantung dari faktor kesuburan dan kelembaban tanah, serta tingkat stress air terkait penutupan stomata dan aplikasi pupuk terutama N dan K yang ternyata mampu meningkatkan luas daun.
Meningkatnya luas daun dengan bertambahnya anak daun dan rata rata ukurannya, panjang anak daun merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan luas daun.
Produksi daun juga dipengaruhi oleh keadaan musim, selama musim kering proses pembukaan daun tertunda tetapi daun tetap tumbuh dan terakumulasi pada fase pupus daun atau spear stage.
Pada saat musim hujan, semua daun pada fase pupus daun tersebut membuka dan setelah itu laju pembukaa daun normal kembali.
Secara kumulatif, produksi daun kelapa sawit secara tahunan di Afrika Barat yang iklimnya relatif lebih kering dan di Asia Tenggara yang lingkungannya lebih menguntungkan alias Favorable, ternyata tidak berbeda banyak dalam hal jumlah daun. Rata-rata produksi daun per tahun pada tanaman dewasa kelapa sawit di Afrika Barat berkisar 20 -24 daun.
Produksi daun per tahun pada tanaman yang secara genetik sama,tetapi ditanam pada lingkungan yang berbeda teryata berbeda nyata.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Lingkungan yang lebih adaptif dan disukai atau favorable umumnya mempercepat terjadinya pucak laju produksi daun pada tanaman muda dan sangat berpengaruh kepada produktifitas tanaman Kelapa Sawit. Di Papua yang subur, laju produksi daun pada tanaman muda kelapa sawit adalah 24 daun selama 6 bulan.
Tota jumlah daun dalam perkebunan kelapa sawit sangat tergantung pada metode panen dan penunasan atau pruning daun. Faktor itensitas cahaya yang sampai ke kanopi tanaman kelapa sawit juga sangat berpengaruh pada jumlah daun kelapa sawit.
Pada kerapatan tanaman yang tinggi, dimana intensitas cahaya kurang, umur daun sangat berkurang. Pada kerapatan tanaman yang normal yaitu sekitar 140 - 150 pohon per ha dengan tanpa penunasan daun, senescence umumnya terjadi mulai pada daun ke 48 - 50. Pada kerapatan tanaman yang tinggi, dapat terjadi mulai daun ke 35.
Filotaksis atau pola susunan daun daun pada batang dan sangat menarik pada tanaman kelapa sawit. Pola susunannya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas atau rumpang daun tang dapat bertahan lama di batang.
Pada Kelapa Sawit primordia daun dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh atau apex dan spiral ini dikenal sebagai Spiral Genetik. Setiap primordium daun terpisah dari primordium sebelumnya pada spiral genetik berdasarkan suatu sudut, yaitu sudut divergent yang besarnya 137.5 derajat atau yang biasa disebut juga sudut Fibonacci.
Dalam individu tanaman Kelapa Sawit spiral genetik tersebut biasanya akan selalu konsisten ke kanan atau ke kiri primordium sebelumnya.
Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan atau Right Handed dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri atau left handed.
Namun pada beberapa tanaman kelapa sawit spiral genetik yang memutar ke kanan atau ke kiri jumlahnya kurang lebih sama. Arah spiral genetik agaknya tidak ditentukan oleh sifat genetik dan juga tidak berkorelasi terhadap produksi buah. Sebagai akibat dari sifat pertumbuhan daun yang teratur ini, sejumlah susunan spiral dapat digambarkan melalui primordia yang berdekatan atau melalui bekas daun dewasa yang ada di batang.
Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1 : 1 : 2 : 3 : 5 : 8 :13 : 21 : 34 dan seterusnya. Setiap angka pada susunan spiral ini merupakan penjumlahan dari 2 angka sebelumnya. Pada batang Kelapa Sawit dewasa, susunan kelipatan 8 daun umumnya biasa ditemui, tetapi kelipatan 5, 13 dan 21 juga dapat ditemui.
Bunga Tanaman
Bunga tanaman kelapa sawit merupakan bunga berumah satu, monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama, meskipun kadang juga dijumpai buga jantan dan bunga betina berada pada tandan yang sama alias hermafrodit, Hermaprodhyte.
Bunga muncul dari ketiak daun dan setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen atau bunga majemuk. Biasanya beberapa bakal infloresen gugur pada fase fase awal perkembangan bunga sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun yang tidak menghasilkan infloresen.
Perkembanganinfloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5 - 3 tahun. Infloresen akan muncul dari ketiak daun beberapa saat menjelang anthesis atau penyerbukan. Pada tanaman muda sekitar umur 2 - 4 tahun anthesis biasanya terjadi pada infloresen di ketiak daun nomor 20, sedangkan pada tanaman tua dengan umur lebih dari 12 tahun biasanya terjadi pada daun yang lebih muda yaitu sekitar infloresen pada daun nomor 15.
Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga peduncle atau rachis yang merupakan struktur pendukung spikelet.
Umumnya dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung spathes yang membungkus infloresen sampai dengan saat saat menjelang terjadinya anthesis. Dari rachis ini terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai tangkai bunga spikelets.
infloresen dibedakan berdasar morfologi spikelet. Walaupun infloresen digolongkan sebagai jantan dan betina, kenyataannya infloresen betina juga menghasilkan bunga bunga jantan sedangkan bungainfloresen jantan biasanya mempunyai beberapa bunga betina pada bagian dasar spikelet.
Buah Tanaman
Buah pada tanaman kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp atau kulit, mesocarp yang secara salah kaprah biasanya disebut pericarp dan endocarp atau cangkang yang membungkus 1 - 4 inti atau kernel yag umumnya hanya memiliki 1 inti. Sedangkan inti memilii testa atau kulit endosperm yang padat dan sebuah embrio.
Salah satu sifat ekonomis yang penting dari Kelapa Sawit adalah ketebalan cangkang. Sifat ini yang diidentifikasika oleh Beirnnaert dan Vaderweyen pada tahun 1941 sebagai sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal.
Tanaman tipe pisifera mempunyai alela homosigot resesif sh-sh- sehingga tidak membentuk cangkang. Umumnya tanaman kelapa sawit pisifera gagal membentuk buah sehingga umumnya tidak ditanam secara komersial di kebun. Walaupun demikian, beberapa tanaman kelapa sawit Pisifera tetap fertil dan mampu berkembang biak. Menurut hasil penelitian, Kelapa Sawit Pisifera yang steril dapat menghasilkan buah normal jika infloresennya secara teratur disemprot dengan auksin setelah terjadi Anthesis.
Tanaman kelapa sawit tipe Dura dengan tebal cangkang 2 - 8 mm mempunyai alela homosigot dominan sh+sh+ yang menghasilkan cangkang tebal. Hibrida dari Dura x Pisifera yaitu tanaman kelapa sawit tipe Tenera yang mempunyai alela heterosigort sh+sh-. Tenera mempunyai cangkang yang tipis antara 0.5 - 4 mm dan dikelilingi oleh cincin cincin serat pada mesocarp.
Varietas Tenera leboih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarpnya lebih tinggi daripada Dura. Selain itu dari Varietas Dura dikenal juga istilah Macrocarya, yaitu varietas Dura yang mempunyai cangkang tebal mulaindari 6 - 8 mm. Terminologi macrocarya akhir akhir ini sudah tidak ada lagi karena tidak merupakan sifat agenetik yang signifkan.
Berdasarkan tipe buah yang abnormal, dikenal juga jenis kelapa sawit poissoni dan diwakkawakka yang mempunyai dua lapisan daging buah yang menyelimuti buah utama. Lapisan daging buah ini merupakan perkembangan dari Androecium buga betina dan di didalamnya kadang kadang dijumpai struktur yang mirip sifatnya dengan cangkang dan kernel.
Pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi Nigrescens, Virescens dan Albescen.
Tipe Nigrescens adalah tipe buah kelapa sawit dengan warna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitamhitaman pada waktu matang. Tipe buah Nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.
Tipe Virescens adalah tipe buah kelapa sawit dengan pola warna pada saat muda buah Virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jinga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau hijauan.
Tipe Albescens adalah tipe buah pada saat muda buah Albescen berwarna keputih putihan dan setelah matang berwarna kekuning kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam hitaman.
Komposisi kimia minyak yang berada dalam mesocarp atau CPO Crude Palm Oil berbeda dengan minyak yang ada dalam endosperm matang atau PKO, Palm Kernel Oil an secara komersial biasanya diekstrak secara terpisah.
Minyak dalam mesocarp mulai disintesis pada periode 120 hsa dan mulai berhenti pada saat buah terlepas dari tangkainya alias brondolan.
Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah di yang sudah dipanen dapat diabaikan karena jumlahnya kecil. Hal yang perlu diperhatikan yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas FFA free fatty acid pada tandan buah yang sempat menginap di TPH Tempat penampungan Hasil atau loading ramp pabrik.
Membrondol buah secara normal terjadi pada 150 - 155 hsa dengan selang tertentu secara individu berkisar 120 - 200 hsa.
Semua buah akan memberondol dari tandan dalam waktu 2 - 4 minggu atau sedikit lebih lama pada waktutandan buah yang besar.
Proses pemberondolan buah dapat ditunda dengan menyemprotkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, asam gibberilin atau etephon.
Hubungan antara memberondolnya buah dengan kandungan minyak dalam mesocarp masih belum diketahui secara jelas. Sampai saat ini hal yang jelas yaitu kriteria kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan. Standar yang umum berlaku dan dipakai di Indonesia yaitu 1 - 2 brondolan per kg tandan buah segar TBS atau Fresh Fruit Bunch
Kesesuaian Lahan dan Adaptasi
Ekofisiologi kelapa sawit atau pengaruh lingkungan terhadap proses fisiologi tanaman kelapa sawit dalam kaitannya dengan produktifitas tanaman serta usaha usaha untuk mengurangi tingkat stress lingkungan terhadap tingkat produksi. Usaha usaha peningkatan produktifitas tersebut dilakukan dengan memodifikasi beberapa faktor lingkungan dalam paket tindakan budidaya atau kultur teknis tanaman.
Dalam konteks ekofiologi ini faktor lingkungan yang dominan yaitu faktor keadaan tanah atau edafik serta iklim yang meliputi intensitas sinar matahari, temperatur, curah hujan dan kelembaban udara.
Beberapa perkebunan Kelapa Sawit komersial dibangun pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih yaitu kondisi dimana jumlah curah hujan lebih besar darpada evapotranspirasi di perkebunan. Kawasan yang termasuk dalam kelas iklim ini dikalsifikasikan oleh Koppen sebagai kelas iklim Af dan Am atau Zona Khatulistiwa.
Ketinggian tempat altitude : 1 - 1300 m DPL
Kesesuaian suhu : 15°C - 38°C optimum 24 - 28
Kesesuaian tanah : Tanah subur
Kesesuaian curah hujan : 1650 - 3000 mm per tahun optimum 1950 mm
Kesesuaian cahaya : Full Sun
Pertumbuhan Tanaman : Moderat
Kebutuhan Air : Moderat
Kebutuhan Perawatan :
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman kelapa sawit dengan biji dan kultur jaringan
Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi dan penyebaran kelapa sawit diperlukan untuk memahami daya adaptasi dan mengetahui produktifitas optimal saat ditanam di perkebunan.
Division : Embryophyta Siphonagama
Class : Angiospermae
Order : Monocotyledonae
Family : Arecaceae dan sebelumnya dikenal Palmae
Subfamily : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species :
Elaeis guineensis Jacq.
Elaeis oleifera
Elaeis odora
Binomial name
Elaeis guineensis Jacq.
Manfaat Tanaman
Manfaat tanaman kelapa sawit utamanya adalah untuk menghasilkan Minyak Kelapa Sawit, Crude Palm Oil dan Minyak Kernel Kelapa Sawit.
0 Response to "Tinjauan Biologi Kelapa Sawit"
Post a Comment