Jatuh Bangunnya Industri Furniture Indonesia, Optimalisasi Potensi
Seri Industri
Jatuh Bangunnya Industri Furniture Indonesia,
Optimalisasi Potensi
Mengoptimalkan potensi industri furniture Tanah Air.
Industri furnitur berkontribusi 4,74 persen dari total penyerapan tenaga kerja industri manufaktur di Indonesia. Jika optimalisasi terus dilakukan, industri padat karya tersebut dapat membuka lebih banyak lapangan kerja.
Industri furniture yang sedang berkembang |
Furnitur atau mebel adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520–30 Masehi).
Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, mebel atau furnitur adalah semua benda yang ada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir. Mebel terbuat dari kayu, papan, kulit, sekrup, dll.
Kinerja Ekspor mendorong tumbuhnya kembali industri furnitur dalam negeri setelah sempat terseok akibat pandemi. Potensi bisnis furnitur dapat terus
dioptimalkan. Alih-alih hanya mengekspor kayu, pengolahan menjadi furnitur memberi lebih banyak nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan.
Kalau melihat perkembangan Makro Ekonomi dan pengaruhnya terhadap industri furniture sekitar 1 - 2 dekalde kebelakang, Ekonomi Indonesia yang sejak tahun 1980 mengalami pertumbuhan rata-rata diatas 4% per tahun, bahkan selama periode tahun 1991-1996 tumbuh rata-rata 7% per tahun, mendadak mengalami perlambatan sejak pertengahan Juli 1997, dan hanya mencatat pertumbuhan sebesar 4,70% di tahun 1997 sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 7,82%.
Nah, sekarang, di tengah gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19, industri furnitur menjadi salah satu dari industri manufaktur yang menunjukkan pertumbuhan. Kuartal I tahun 2021, industri tersebut tumbuh positif 8,04 persen (year-on-year).
Keberhasilannya patut diapresiasi. Industri furnitur Indonesia konsisten mencatatkan laju pertumbuhan minus sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Bahkan, kuartal I tahun lalu merupakan kontraksi terdalam sepanjang 2020 dengan laju pertumbuhan minus 7,28 persen.
Hal tersebut membuat laju pertumbuhan industri furnitur menduduki posisi kedua terbawah di antara industri manufaktur nonmigas lainnya. Posisi terendah ialah industri mesin dan perlengkapan dengan laju pertumbuhan minus 9,33 persen.
Namun, kebangkitan awal tahun ini membawa industri furnitur menjadi industri manufaktur dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua. Posisi pertama ditempati industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dengan laju pertumbuhan 11,46 persen.
Bahkan, laju pertumbuhan yang dicapai saat ini melampaui laju pertumbuhan tahun 2019 saat pandemi belum menghampiri Indonesia. Pada kuartal II-2019, laju pertumbuhannya 5,81 persen dan menjadi 6,93 persen di kuartal III dengan berakhir di 7,79 persen pada kuartal IV. Hanya kuartal I yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni 12,89 persen.
Peningkatan Kinerja dan Capaian Ekspor
Pemulihan industri furnitur tak lepas dari permintaan dari pasar luar negeri yang meningkat. Pada kuartal I tahun ini, nilai ekspornya 536,52 juta dollar AS. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan 28,16 persen.
Peningkatan tersebut tak hanya terjadi pada tahun ini. Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam publikasi ”Warta Daglu: Mewartawakan Kinerja Perdagangan Luar Negeri Indonesia”menyebutkan,terjadi pula peningkatanekspor furnitur pada
2020.
Laporan yang dipublikasikan pada Desember 2020 tersebut mencatat, nilai ekspor furnitur Januari- Oktober 2020 sebesar 1,89 miliar dollar AS. Jumlah ini meningkat 13,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 dengan nilai ekspor 1,67 miliar dollar AS.
Nilai tersebut bahkan melampaui capaian ekspor tahunan, tahun 2015 hingga 2018. Berdasarkan kinerja tersebut, Indonesia menjadi salah satu eksportir besar furnitur dunia, selain China, Polandia, Jerman, Italia, dan Vietnam.
Negara utama tujuan ekspor furnitur Indonesia ialah Amerika Serikat. Dari total ekspor furnitur Indonesia periode Januari-Oktober 2020, lebih dari separuhnya (55,2 persen) ke AS.
Nilainya meningkat dibandingkan pada 2019, dari 0,8 miliar dollar AS menjadi 1,04 miliar dollar AS, tumbuh 30,5 persen. Tren pertumbuhan tersebut berlanjut hingga tahun ini. Kuartal I-2021, nilai ekspor furnitur ke AS 299,5 juta dollar AS.
Sementara periode yang sama tahun lalu nilainya 216,3 juta dollar AS. Artinya, ada peningkatan 38,23 persen. Melonjaknya ekspor furnitur ke salah satu raksasa ekonomi dunia tersebut sejalan dengan membaiknya perekonomian di AS.
Merujuk pemberitaan The Wall Street Journal, PDB AS pada Januari hingga Maret 2021 tumbuh 6,4 persen (year on year). Pemulihan tersebut tak lepas dari banyaknya penduduk yang sudah mengikuti program vaksinasi. Dengan demikian, ada lebih banyak penduduk AS kembali beraktivitas dan ekonomi bergerak.
Di sisi lain, stimulus yang diberikan Pemerintah AS kepada warganya turut mendorong lonjakan permintaan di AS pada awal tahun ini. Salah satu pengeluaran terbesar warga AS ialah furnitur, diikuti dengan pengeluaran untuk mobil, sepeda, dan barang-barang mahal lainnya. Tak mengherankan, ekspor produk furnitur Indonesia ke AS meningkat.
Jepang, juga merupakan potensi pasar dan negara tujuan ekspor Furniture, dengan gaya hidup dan tingkat kebutuhan furniture |
Selain AS, Jepang merupakan mitra dagang utama ekspor furnitur Indonesia. Nilai ekspornya 7,4 persen dari total ekspor furnitur pada Januari-Oktober 2020.
Ekspor furnitur Indonesia ke Jepang menduduki posisi kedua setelah AS. Negara utama tujuan ekspor furnitur berikutnya ialah Belanda, Belgia, Jerman, dan Australia. Sama seperti AS, ekspor ke empat negara tersebut mengalami peningkatan.
Yang terbesar terjadi pada ekspor furnitur ke Belgia, yakni naik 47,4 persen (year on year) pada periode yang sama.
Berubahnya dan Bergesernya Konsumsi.
Tak hanya pasar luar negeri, pasar domestik juga berpotensi untuk dioptimalkan. Pasalnya, pandemiCovid-19 telah menggeser pola konsumsi masyarakat. Sejumlah kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi mobilitas penduduk membuat pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk transportasi cenderung turun.
Sebelum adanya pandemi, pengeluaran masyarakat untuk transportasi dan komunikasi hampir mencapai seperempat dari total konsumsi rumah tangga. Namun, setelah pandemi, kontribusinya turun menjadi 23 persen.
Sementara pengeluaran untuk perumahan dan perlengkapan rumah tangga menunjukkan adanya peningkatan. Kontribusinya terhadap total konsumsi rumah tangga pada 2019 rata-rata 13,42 persen. Namun, tahun 2020 dan 2021, setelah ada pandemi,rata-ratanya naik menjadi 14,11 persen.
Kendati perubahannya tidak terlalu besar, cukup menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia mengalokasikan dana lebih banyak untuk kebutuhan perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Merujuk definisi yang disusun BPS, perlengkapan rumah tangga yang dimaksud adalah kebutuhan akan furnitur.
Salah satu pasar daring ternama di Indonesia, Tokopedia, mencatatkan peningkatan tersebut. Seiring dengan kebijakan bekerja dari rumah, transaksi subkategori furnitur di Tokopedia naik hampir dua kali lipat. Jenis perlengkapan rumah tangga yang banyak diminati adalah kursi, meja, lemari pakaian, dan rak tanaman.
Menggali dan Memanfaatkan Potensi Besar
Furniture di Asia agak berbeda dengan furniture Barat. Furniture atau mebel Asia mengembangkan gayanya tersendiri, walaupun kadang dipengaruhi oleh Barat karena interaksi warga Asia dengan warga Barat melalui kolonialisme, pendidikan dan informasi. Furniture Asia dengan gayanya sendiri, lahir dari Indonesia (terutama Jepara, Bali), China, Jepang, Pakistan, India, Burma, Korea, Monggolia.
Indonesia mempunyai gaya furniture yang unik dengan aneka ragam hias ukir yang beragam. Ornamen yang beraneka. Pusat Furniture ukir di Indonesia adalah Jepara.
Hal tersebut menjadi peluang bagi industri furnitur untuk mendorong produksi dan pasar furnitur dalam negeri. Optimalisasi bukan tidak mungkin dilakukan karena didukung oleh mudahnya memperoleh bahan baku. Indonesia dianugerahi sumber daya alam melimpah, seperti kayu dan rotan yang menjadi bahan baku utama industri tersebut.
Selain jenis kayu tersebut tersebut dapat pula digunakan jenis kayu lainnya, yang penting jenis kayu itu mempunyai sifat-sifat yang harus dapat dipenuhi untuk keperluan pembuatan furniture antara lain, mempunyai sifat penampilan dan permukaan yang bagus (mempunyai sifat dekoratif), mempunyai sifat keras dan awet (tidak mudah dimakan insect/serangga, dan mempunyai sifat-sifat struktural yaitu seratnya lurus dan cukup panjang, seperti kayu karet.
Indonesia memiliki sumber bahan baku kayu log yang luar biasa sebagai bahan untuk Furniture |
Adapun yang penting adalah kandungan air yang ada dalam kayu sebagai bahan baku furniture tersebut harus diperhatikan, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas/mutu produk furniture yang dapat menyebabkan penyusutan atau mengembang yang tidak teratur, seperti retak-retak/pecah, bengkok/melengkung dan melintir apabila furniture tersebut ditempatkan pada kondisi kandungan udara dengan perubahan iklim udara yang cukup tinggi. Sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi kayu melalui pengurangan kadar air. Untuk produk furniture kayu kadar air yang aman adalah 9-12 % dan pengurangan kadar air pada bahan baku furniture dapat dilakukan melalui proses pengeringan (kiln dried).
Para pencari rotan, mengolah rotan hasil hutan menjadi bahan baku furniture di Kotawaringin Timur. |
Kekayaan alam tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu produsen kayu
terbesar di dunia. Mestinya keunggulan tersebut dapat dioptimalkan bukan hanya untuk kebutuhan ekspor kayu mentah.
Sumber bahan baku usaha industri furniture diketahui bahwa bahan baku utama dalam pembuatan furniture adalah bahan baku kayu yang berupa kayu gelondongan/log dan kayu olahan (plywood, blockboard, particleboard dan MDF/Medium Density Fibreboard).
Rotan sebagai bahan baku untuk furniture yang siap dikirim, di daerah Sampit |
Berikut data produksi kayu bulat tahun 2017 hingga tahun 2019 yang menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Ada beberapa jenis kayu yang biasa digunakan untuk pembuatan furniture antara lain kayu Jati, Pinus, Agathis, Mahoni, Sonokeling, Rimba, Meranti, Jelutung dan kayu karet.
Selain jenis kayu tersebut tersebut dapat pula digunakan jenis kayu lainnya, yang penting jenis kayu itu mempunyai sifat-sifat yang harus dapat dipenuhi untuk keperluan pembuatan furniture antara lain, mempunyai sifat penampilan dan permukaan yang bagus (mempunyai sifat dekoratif), mempunyai sifat keras dan awet (tidak mudah dimakan insect/serangga, dan mempunyai sifat-sifat struktural yaitu seratnya lurus dan cukup panjang, seperti kayu karet.
Dengan hanya mengekspor kayu, tidak banyak memberi nilai tambah untuk ekonomi nasional. Namun, jika kayu yang selama ini banyak diekspor mentah diubah menjadi olahan, akan memberi manfaat lebih banyak bagi sejumlah pihak.
Salah satunya adalah dapat menambahlapangan pekerjaan. Merujuk publikasi ”Info Komoditi Furnitur” yang disusun Kementerian Perdagangan pada 2017, industri furnitur mampu menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja langsung secara nasional.
Ditambah lagi dengan 2,5 juta tenaga kerja tidak langsung yang turut memperoleh manfaat dari kinerja industri furnitur. Kini, industri furnitur berkontribusi 4,74 persendari total penyerapan tenaga kerja industri manufaktur di Indonesia.
Jika optimalisasi terus dilakukan, industri padat karya tersebut akan memberikan kesempatan kerja bagi lebih banyak orang.
Dengan demikian, dapat menjadi salah satu jawaban persoalan pengangguran di Indonesia. Berikut data eksport furniture tahun 2013 - 201dari BPS yang menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Optimalisasi yang dibarengi dengan peningkatan kinerja ekspor juga akan menambah pundi-pundi devisa negara. Pada gilirannya, perekonomian nasional turut terdongkrak dan terdorong untuk tumbuh positif.
0 Response to "Jatuh Bangunnya Industri Furniture Indonesia, Optimalisasi Potensi"
Post a Comment