Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) merupakan satwa tropis yang keberadaannya dikhawatirkan mulai punah akibat adanya perburuan liar di alam, pertambahan penduduk yang cepat, pola perladangan yang berpindahpindah dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak habitat rusa timor untuk berbagai kepentingan. Status konservasi rusa timor di Indonesia berdasarkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources-The Red
List of Threathened Species termasuk kategori low concern, emudian pada tahun 2008 hingga 2012 meningkat menjadi vulnerable (rawan), yaitu mengalami resiko kepunahan yang tinggi di alam dalam waktu dekat (IUCN 2012). Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 menetapkan semua jenis rusa di Indonesia berada dalam status dilindungi (Semiadi dan Nugraha 2004).
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Nama Populer - Pop name : Rusa Jawa, Rusa Timor, Javan Deer, Timor Deer
Nama Latin - Latin Name : Rusa Timorensis
Family : Cervinae
Origin - Daerah Asal : Indonesia
Ciri khas : Rusa Berbadan Besar, Bertanduk Panjang
Keunikan : Herbivore
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Rusa timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu jenis rusa yang ada di Indonesia dan merupakan rusa tropis ke dua terbesar setelah rusa sambar (Cervus unicolor) (Semiadi dan Nugraha 2004). Rusa timor merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20 tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Menurut The International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources atau IUCN (2017), rusa timor memiliki status konservasi vulnerable (VU) atau rentan. Rusa timor tidak termasuk ke dalam Appendix CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Dibandingkan dengan rusa tropis lainnya, rusa timor memiliki banyak anak jenis, dengan nama daerah yang cukup beragam dan yang paling luas
tersebar di luar negeri (Semiadi dan Nugraha 2004). Rusa timor mudah beradaptasi di luar habitat aslinya sehingga sangat potensial dikembangkan melalui penangkaran (Kwatrina et al. 2011).
Ciri ciri dan Identifikasi Satwa Rusa Timorensis
Habitat Satwa Rusa Timorensis
Habitat Rusa Jawa Menurut Semiadi (2006) rusa timor memiliki habitat asli berupa hutan, dataran terbuka serta padang rumput dan savana.
Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat berlindung. Adanya lingkungan yang ternaungi merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh rusa karena sebagai tempat berteduh dan untuk menghindar dari gangguan insekta (pada jantan yang sedang mengelupas kulit velvetnya) serta sebagai tempat bersembunyi.
Habitat merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan satwa. Pada umumnya rusa dapat bertahan hidup di beberapa tipe vegetasi seperti savana yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang tidak terlalu rapat untuk tempat bernaung (istirahat), kawin dan menghindarkan diri dari predator.
Secara alami habitat rusa berada di hutan sampai ketinggian 2.600 m dpl dengan padang rumput yang tersedia sebagai pakan (Garsetiasih dan Takandjandji 2007).
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Penyebaran Satwa Rusa Timorensis
Penyebaran Rusa timorensis adalah jenis rusa tropis. Secara alami Rusa timorensis tersebar hampir di seluruh Indonesia yaitu Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Maluku. Selain di Indonesia rusa ini juga disebar keluar dari habitat aslinya antara lain Papua New Guini, Brazil, Kepulauan Komoro, Madagaskar, Kaledonia Baru, Malaysia, Thailand dan Selandia Baru.
Rusa timor (Rusa timorensis) merupakan rusa tropis kedua terbesar setelah rusa sambar (Rusa unicolor). Pada masa penjajahan Belanda, rusa timor banyak tersebar ke Pulau Papua dan pulau kecil lainnya di sekitar Indonesia bagian Timur serta pengiriman ke luar negeri seperti ke negara Australia, Brasil, Kep. Komoro di Afrika, Madagaskar, Selandia baru, Mauritus, Kaledonia baru, Papua New Guinea, Malaysia dan Thailand (Semiadi dan Nugraha 2004). Di Nusa Tenggara
Timur penyebaran rusa timor banyak terdapat pada Pulau Timor, Pulau Rote, Pulau Semau, Pulau Kambing, Pulau Alor dan Pulau Pantar.
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Morfologi Satwa Rusa Timorensis
Morfologi Rusa timor memiliki warna rambut coklat kemerahan, hidup berkelompok dan mempunyai daerah teritorial. Rusa jantan memiliki rambut yang berwarna coklat keabu-abuan sampai coklat gelap dan kasar serta mempunyai ranggah.
Bobot badan dewasa dapat mencapai 60 kg, panjang badan berkisar antara 1,95 – 2,10 m, tinggi badan 1,00 – 1,10 m. Ranggah tumbuh pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan (Schroder 1976).
Rusa timor jantan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan rusa betina dan memiliki warna gelap hingga kecoklatan pada kaki belakang. Rusa timor jantan memiliki surai yang terdapat pada lehernya seperti yang dimiliki oleh rusa sambar (Rusa unicolor) (Firmansyah 2007)
Baca juga :
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Perilaku Pakan Satwa Rusa Timorensis
Rusa timor merupakan satwa herbivore yang mengkonsumsi berbagai jenis hijauan. Sebagai satwa herbivore, rusa selalu mendeteksi jenis hijauan sebelum memakannya. Pendeteksian ini dapat dilihat dari perilakunya dalam menciumi hijauan. Apabila hijauan tersebut tidak cocok atau tidak disukai, maka rusa akan meninggalkannya dan beralih ke hijauan yang lain (Priyono 1997).
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis
|
Ketersediaan hijauan sangat erat hubungannya dengan habitat sehingga diperlukan upaya penanganan pakan hijauan di penangkaran (Garsetiasih dan Takandjandji 2007). Menurut Takandjandji (2004) jenis-jenis pakan yang disukai oleh rusa umumnya terdiri dari jenis rumput poaceae dan leguminosae.
Perilaku pakan Rusa adalah satwa ruminansia yang lebih dominan mengkonsumsi rumput rumputan, jenis rumput yang disukai rusa di penangkaran yaitu setaria, sulanjana dan alang–alang muda (Garsetiasih dan Takandjandji 2002). Nonokotkotos (Calopogiunium mucunoides), Metbesi (Agrantum sp.), Nabkaret (Centellaasiatica), Nabkiu (Flamengia sp.) dan Hupiok (Cyperus sp.) adalah lima jenis rumput dengan nilai kesukaan tertinggi (Siswadi dan Saragih 2011).
Baca juga :
Selain rumput–rumputan rusa juga menyukai pakan tambahan berupa biji-bijian, dedak, jagung, kentang dan buah-buahan. Setiap tingkat konsumsi pakan yang dimiliki satwa ditentukan oleh faktor internal, eksternal dan lingkungan (Church dan Pond 1988). Faktor internal merupakan kondisi fisiologi dari satwa salah satunya adalah berat badan dan kesehatan. Faktor eksternal berhubungan dengan pakan itu sendiri yaitu jenis pakan, jumlah pakan, kandungan nutrisi dan sifat mudah tidaknya pakan dicerna oleh satwa (Wardani 2005). Faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah suhu lingkungan.
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Perilaku Satwa Rusa Timorensis
Perilaku menurut Alikodra (2002) merupakan gerak-gerik satwaliar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya. Menurut Wirdateti et al. (1997) perilaku harian rusa timor di penangkaran adalah makan, memamah, beristirahat, berjalan dan berdiri diam. Sebagai satwa memamahbiak, rusa memiliki perilaku merumput atau grazing. Rusa timor yang berada di penangkaran lebih banyak melakukan perilaku makan pada pagi dan sore hari (Widarteti et al. 2005). Perilaku bergerak dilakukan rusa untuk berpindah tempat dari satu tempat ketempat lain untuk mencari makan atau tempat berlindung dari gangguan (Pollard dan Littlejohn 1994 diacu dalam Fajri 2000). Tanudimadja dan Kusumamihardja (1996) diacu dalam Sukriyadi et al. (2006) menyatakan bahwa semua spesies akan mencari lingkungan yang enak baginya untuk beristirahat dan berlindung.
Aktivitas istirahat biasanya dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan yang dilakukan sambil memamahbiak. Aktivitas ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung untuk menjaga kestabilan suhu tubuh.
Perilaku memeriksa (investigative) sangat tergantung dengan panca indera yang meliputi penglihatan, pendengaran dan penciuman (Hart 1985 diacu dalam Sukriyadi et al. 2006). Perilaku memeriksa dilakukan oleh rusa ketika ada sesuatu yang mencurigakan, seperti timbulnya suara, bau dan gerakan dari aktivitas manusia atau pun lainnya. Rusa memiliki kepekaan terhadap rangsangan suara dan bau (Bruce 1966 diacu dalam Sukriyadi et al. 2006).
Jika ada gangguan rusa betina tua yang lebih cepat tanggap dan memberi isyarat pada rusa lainnya (Wirdateti et al 2005). Isyarat yang diberikan berupa suara dan mengakibatkan rusa lainnya segera siap menghadapi segala kemungkinan dengan sering mengangkat ekor ke atas seperti kijang, lalu seketika menjauhi bahaya atau gangguan.
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis
|
Perilaku Reproduksi Satwa Rusa Timorensis
Perilaku Reproduksi Basuni (1987) mengemukakan bahwa rusa merupakan sumber protein hewani yang cukup tinggi mengingat ukuran tubuhnya cukup besar, produksi dagingnya tinggi, kemampuan adaptasi dan berkembangbiak juga tinggi. Selain itu, satwa ini juga sangat responsif terhadap perbaikan nutrisi. Firmansyah (2007)
menyatakan bahwa rusa yang berada di alam menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan, mencari shelter dan tempat minum (ingestive). Aktivitas ini lebih banyak dilakukan pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari satwa ini istirahat (Masy’ud et al. 2007), sama halnya dengan rusa di penangkaran yang telah mampu beradaptasi dan terbiasa dengan kondisi yang diatur. Pakan bagi
satwa ini harus disediakan secara kontinyu untuk memenuhi nutrisi bagi pertumbuhannya.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kesehatan satwa khususnya yang berada di penangkaran. Syarief (1974) dalam Firmansyah (2007) mengemukakan umur sapih rusa sekitar 4-7 bulan, dewasa kelamin 7-9 bulan, remaja 6-12 bulan, masa pematangan reproduksi 12-24 bulan, umur tertua rusa berkisar 10-20 tahun.
Pertumbuhan rusa timor sebaiknya diamati setelah umur masa sapih dan sebelum bereproduksi, karena pertumbuhan fisiknya akan terlihat lebih jelas. Secara fisiologis, pertumbuhan rusa timor dapat dilihat dari tulang-tulang yang membentuk rongga pinggul melebar (Takandjandji et al. 1998).
Rusa timor merupakan satwa yang dilindungi karena terjadi penurunan populasi sehingga dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. Secara umum klasifikasi rusa timor (Rusa timorensis) menurut Schroder (1976) dan red list IUCN (2012)
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis
|
Klasifikasi Satwa Rusa Timorensis
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
SubPhylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Order : Artiodactyla
Sub ordor : Ruminansia
Family : Cervinae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis, Rusa timorensis
Binomial name
Cervus timorensis, Rusa timorensis de Blainville, 1822
Status Konservasi
|
Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis |
Nilai Ekonomi Rusa Jawa
Rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa dilindungi di Indonesia, yang memiliki potensi dan prospek ekonomi. Masyarakat di daerah Nusa Tenggara Timur memanfaatkan rusa untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan daging. Rusa memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi baik daging maupun hasil ikutan lainnya (Kayat et al. 2010). Salah satu upaya pelestarian sekaligus bentuk pemanfaatannya adalah melalui kegiatan penangkaran.
Hasil penelitian Takandjandji (2009) menunjukkan bahwa penangkaran rusa timor di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor tidak hanya bermanfaat sebagai penyedia bibit rusa namun juga sebagai tempat wisata yang berkontribusi membuka lapangan
pekerjaan serta sebagai sarana pendidikan dan penelitian bagi masyarakat sekitar.
Pada akhirnya kondisi tersebut akan menimbulkan hubungan timbal balik yang positif antara kegiatan penangkaran dengan masyarakat (Setio et al. 2011). Sejauh ini upaya pengembangbiakkan dan pemanfaatan rusa timor sebagai komoditas ekonomi masih belum maksimal, dibuktikan dengan angka kematian yang lebih besar dibandingkan dengan angka kelahiran seperti dijumpai di penangkaran Ranca Upas, Bandung Selatan yang memiliki angka kematian sebesar 5.66% sedangkan angka kelahiran 1.33% (Feriyanto 2002). Belum maksimalnya pengembangbiakkan dan pemanfaatan rusa timor disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai teknik pemeliharaan penangkaran (Nurrahmandani 2013), perhatian terhadap kegiatan pencatatan dan keabsahan status satwa yang rendah (Bismark et al.2011), dan terbatasnya tenaga kerja profesional (Feriyanto 2002).
Pengelolaan penangkaran rusa dilakukan untuk menghasilkan rusa yang sehat serta perkembangbiakkan yang lestari sehingga terwujud penangkaran rusa yang berkelanjutan. Keberhasilan penangkaran dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya pengelolaan (Bismark et al. 2011) dan dukungan masyarakat (Takandjandji et al. 2011). Dukungan masyarakat diperlukan untuk menunjang keberhasilan penangkaran karena penangkaran yang berada di antara permukiman penduduk akan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Kondisi tersebut mendorong pengelola penangkaran untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan penangkaran disamping kontribusi ekonomi.
Lokasi Pemotretan Satwa
Lokasi pemotretan di Taman Safari Bogor, Bogor, Jawa Barat
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/5.6
Exposure time : 1/125 sec.
ISO Speed : ISO 400
Focal lengh : 300 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro
Kamus Identifikasi Flora dan Fauna serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Flora dan Fauna
Planter and Forester
0 Response to "Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis, Rusa berukuran besar yang mulai di pelihara di Penangkaran."
Post a Comment