Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir, Sayuran Banyak Manfaat
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Indonesia merupakan negara dengan potensi plasma nutfah yang sangat besar. Salah satu plasma nutfah sayuran yang potensial berasal dari keluarga kacang-kacangan (Fabaceae) adalah kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) (Handayani, 2013). Para ahli berpendapat bahwa pusat keragaman kecipir dunia berada di Indonesia dan dataran tinggi Papua Nugini (Ryan, 1972; Khan, 1976; Hymowitz dan Byod, 1977; Handayani, 2013). Kecipir berasal dari daerah tropis dan dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi di atas 2,000 mdpl (Masefield, 1957; Khan, 1977).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan curah hujan rendah di lingkungan tropis lembab yang tanaman kedelai tidak dapat berproduksi maksimal. Adaptasi kecipir yang baik diperkirakan mampu menjadi pangan subsitusi kebutuhan kedelai, karena kandungan nutrisi (protein) kecipir yang tinggi menurut penelitian Gross (1983); Handayani (2013) mirip dengan kedelai.
Berdasarkan laporan penelitian Thompson dan Haryono (1980); Samosir (1985); PROSEA (1997), produktivitas biji kecipir di Indonesia mencapai 4,500 kg per ha . Sedangkan produktivitas kedelai Indonesia tahun 2016 sebesar 1,439 kg per ha (Kementan, 2016).
Selain alasan ekofisiologis, kecipir potensial karena kapasitas menyerap nitrogen dalam jumlah besar dan didistribusikan ke bagian yang dikonsumsi dalam bentuk protein. Bagian kecipir yang dapat dikonsumsi diantaranya biji kering, yang mengandung kandungan protein, lemak dan asam-asam amino bijinya yang sangat menyerupai kacang kedelai. Biji kering juga dapat dijadikan sumber minyak nabati, dikenal pada tahun 1920 di Filipina dan di Indonesia bisa dijadikan tempe (Sastrapraja dan Lubis, 1975). Umbi kecipir mengandung 5-8 kali lipat jumlah protein dibandingkan tanaman umbi yang hidup di daerah tropis (Khan, 1977). Daun kecipir dikonsumsi sebagai sumber vitamin A, B, dan C yang baik (Claydon, 1975). Bunga kecipir dapat dimakan ataupun diolah menjadi salad (Handayani, 2013; Kusumawati, 2014). Polong muda kecipir pun dimanfaatkan sebagai sayuran di bagian Asia Selatan dan Tenggara serta beberapa daerah di Afrika (Krisnawati, 2010; Handayani, 2013; Kusumawati 2014). Potensi-potensi ini menjadikan kecipir termasuk dalam kelompok tanaman yang potensial bagi masa depan (crops for the future) sebagai sumber pemenuhan protein nabati.
Kecipir sudah dikenal di berbagai daerah Indonesia namun hingga saat ini belum terdapat varietas kecipir Indonesia. Varietas kecipir yang diinginkan petani adalah yang berumur genjah dan memiliki produktivitas tinggi. Kecipir lokal yang terdapat di Indonesia umumnya membutuhkan waktu panen yang panjang dari tanam hingga menghasilkan buah. Waktu yang dibutuhkan sekitar 6 bulan.
Sementara di negara lain seperti Thailand telah mengembangkan galur kecipir yang berumur genjah namun kemungkinan tidak adaptif dengan keadaan agroklimat lahan pertanian Indonesia. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas kecipir yang adaptif di lingkungan lokal, berumur genjah, dan mempunyai produktivitas tinggi. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian pemuliaan kecipir.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Nama Populer - Pop name : Kecipir
Nama Latin - Latin Name : Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC
Family : Fabaceae
Origin - Daerah Asal : Indonesia dan Afrika
Letak Landscape : Tanaman merambat
Tipe Tanaman Hias : TanamanSayuran merambat
Propagasi perbanyakan : Stek, Biji dan cangkok
Media Tanam : Tanah Kebun
Perlakuan khusus : Pemupukan
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) merupakan salah satu tanaman keluarga kacangan (Fabaceae) asli Indonesia dan Papua Nugini. Tanaman ini telah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia bahkan Asia untuk dijadikan sebagai bahan pangan. Kecipir dijadikan sebagai bahan pangan sebab kandungan zat gizi yang tinggi dan daya adaptasi kecipir yang baik di daerah tropis.
Plasma nutfah kecipir banyak ditemukan di daerah tropis salah satunya Indonesia. Menurut Gross (1983); Handayani (2013), kandungan kecipir menyerupai kandungan kacang kedelai.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Ciri ciri dan Identifikasi tanaman
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Habitus Tanaman Kecipir Psophocarpus tetragonolobus
Tinggi Tanaman : 3 m
Diameter Tajuk : 2 m
Tanaman herba batang menggandung air sukulen.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Batang dan Percabangan Tanaman Kecipir Psophocarpus tetragonolobus
Dilihat dari penampang melintang batang bentuk bulat teres .
Warna batang, dikelompokkan berdasarkan warna hijau, hijau keunguan, ungu, atau lainnya.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Daun Tanaman Kecipir Psophocarpus tetragonolobus
Bentuk daun - Leaf Shape : Ovate, Deltoid, Lanciolate
Susunan daun - Leaf Arrangement : : Pinnate
Susunan daun dari batang - Leaf Arr. on Stem : Petiole
Tulang daun - Leaf Venation : Menyirip
Pinggir daun - Leaf Margins : rata
Pangkal daun : Truncate
Ujung daun - Leaf Tip : Acute
Warna daun - Leaf Colour : Hijau
Tangkai daun atau petiole : Petiole
Ukuran daun - Leaf Size : Panjang 10 - 18 cm, lebar 6 - 12 cm
Permukaan daun : kasar berbulu
Bentuk daun, daun yang diamati adalah daun terminal pada buku kelima belas dan menyesuaikan pada buku deskriptor tanaman kecipir, diantaranya ovalate, deltoid (hati), ovalate-lanciolate, lanciolate, long-lanciolate.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Bunga Tanaman Kecipir Psophocarpus tetragonolobus
Tipe pembungaan terletak bunga pada batang pada ujung batang (flors terminalis) dan pada ketiak daun (flos axilaris)
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Warna kelopak bunga, dikelompokan berdasarkan warna hijau, hijau
keunguan, ungu, dan lainnya.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Warna mahkota bunga standar, dikelompokan berdasar warna putih, biru terang, biru, dan lainnya.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Buah TanamanWarna polong, diamati pada bagian tengah polong yang dikelompokan berdasarkan warna krem, hijau, pink, ungu, dan lainya.
Warna sayap polong, dikelompokkan berdasarkan warna hijau, ungu, dan lainnya.
Tekstur permukaan polong, dikelompokan diantaranya halus, medium, dan kasar.
Bentuk irisan polong, dibagi berdasarkan letak sutura dan bentuk polong tersebut, diantaranya persegi, semi flat, flate on sides, dan flat on sutura.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Posisi buah atau polong di ketiak percabangan
Susunan buah menyebarBuah Tunggal
Warna buah muda hijau
Ukuran Buah panjang 10 -20 cm, diameter 1,5 - 2 cm
Buah Muda hijau
Buah Tua hijau
Kesesuaian Lahan dan Adaptasi
Ketinggian tempat altitude : 1 - 2.000 m dpl
Kesesuaian suhu : 10 - 34 derajat celcius
Kesesuaian tanah : Tanah subur dan gembur
Kesesuaian curah hujan : 1.000 - 2.500 mm per tahun
Kesesuaian cahaya : Semi Shade, Full Sun
Pertumbuhan Tanaman : cepat
Kebutuhan Air : moderate
Kebutuhan Perawatan : minim
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Budidaya Tanaman Psophocarpus tetragonolobus
Penanaman Kecipir dengan barisan tanaman mengarah Timur-Barat. Lahan yang ditanami sebelumnya dipersiapkan dengan pengolahan tanah agar tanah menjadi gembur.
Pengolahan tanah dilakukan dengan penambahan kapur pertanian dengan dosis 2000 kg per ha agar pH tanah tidak terlalu asam bagi pertumbuhan tanaman dan pupuk kandang sebagai tambahan bahan organik. Bedengan dibuat sepanjang sesuai bentuk lahan, bisa pper 10 meter dan lebar 1 meter dan dilakukan pemasangan mulsa dengan jarak antar lubang tanam 50 cm x 35 cm untuk kecipir.
Penanaman kecipir dilakukan pada hari yang sama ketika persiapan media pada tray semai dengan jumlah 1 biji per lubang tray. Pindah tanam dilakukan seminggu setelah pengolahan tanah. Bibit ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 35 cm beserta pemberian insektisida karbofuran 3-4 butir per lubang. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam.
Tanaman kecipir yang telah dipindah tanam dipasangi ajir tunggal masing masing 2 m dan tiap 4 ajir diikat menjadi satu. Pemupukan dasar kecipir dilakukan seminggu sebelum pindah tanam dengan dosis pupuk kandang ayam 20 ton per ha. urea 50 kg per ha, SP-36 90 kg per ha, dan KCl 150 kg per ha.
Pemupukan susulan pada kecipir dilakukan tiap minggu setelah 3 MST dengan pupuk NPK 16-16-16 konsentrasi 10 g per L dan dosis 250 ml per tanaman.
|
Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir |
Hama dan Penyakit Kecipir
Terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman kecipir diantaranya rayap khusus pemakan bagian tanaman yang hidup, penghisap polong, Nezara viridula, belalang, kepik, lepidoptera, dan Aphids craccivora.
Hama yang paling masif menyerang dan menurunkan produktivitas adalah rayap Macrotermes bellicosus sebab memakan akar sampai akar berbentuk seperti pensil dan tanaman langsung layu kering dan akhirnya mati. Rayap juga menyerang pada fase vegetatif dan generatif. Genotipe yang paling banyak terserang oleh rayap ini adalah genotipe tetua ungu (P1). Hama lain yang menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu hama pengisap fotosintat tanaman (Riptortus linearis dan Nezara viridula) dan hama pemakan daun (Valanga nigricornis dan Oxya chinensis). Hama yang menyerang pada generasi generatif yaitu lepidoptera (Plusia ehaleite dan Maruca testulalis), larva hama ini menyerang bagian bunga dan mengigit bagian putik sehingga menggagalkan penyerbukan dan pembuahan kecipir
,
Perbanyakan Tanaman Psophocarpus tetragonolobus
Perbanyakan tanaman dengan biji
Klasifikasi Tanaman
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Psophocarpus Neck. ex DC
Species : Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC
Binomial name
Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC
Terdapat 2 spesies genus Psophocarpus Neck. yang dikenal sebagai bahan makanan ataupun penutup lahan. Kedua spesies tersebut adalah Psophocarpus tetragonolobus dan P. palutris sinonim dengan P. scandens (Haq dan Smartt, 1978; PROSEA, 1997). P. tetragonolobus berasal dari Indonesia dan dataran tinggi papua Nugini, sedangkan P. palutris dari Afrika Barat. Jumlah kromosom dari beberapa aksesi yang diuji berbeda-beda.
Psophocarpus tetragonolobus memiliki jumlah kromosom 2n=16, 2n=18, 2n=20. Psophocarpus palutris juga memiliki jumlah kromosom beragam, 2n=18, 2n=20, 2n=20. Hal ini terjadi akibat fusi sentromer yang terjadi antara kromosom yang lebih pendek (Frahm-Leliveld, 1960; Tixer, 1965). Jumlah kromosom yang umum ditemukan pada P. tetragonolobus dan P. palutris adalah 2n=18 (PROSEA, 1997). Keragaman morfologi bobot biji ditemukan pada P. tetragonolobus yang diuji namun tidak terdapat keragaman pada P. palutris (Haq dan Smartt, 1978).
Manfaat Tanaman Kecipir
Manfaat tanaman sebagai Sayuran. Kecipir baik di daerah tropis basah seperti di Indonesia. Adaptasi ini merupakan suatu keungggulan tanaman ini dibandingkan dengan tanaman kacangan lainnya khususnya kedelai yang sangat digemari saat ini. Menurut penelitian Samosir (1985) dan PROSEA (1997) menunjukkan produktivitas kecipir yang ditanam di Indonesia dapat mencapai 4,500 kg ha-1 biji kering. Kecipir juga dapat dimanfaatkan polong mudanya utuk menjadi sumber pangan sayuran yang umum bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia bagian timur, kecipir juga dapat dikonsumsi bagian tanaman lainnya diantaranya bunga dan daunnya untuk konsumsi sayuran serta umbi kecipir sebagai bahan pangan yang kaya protein.
Manfaat kesehatan dari konsumsi daun kecipir dintaranya mengobati mata dan infeksi telinga, gangguan pencernaan, sakit gigi, cacar, dan anemia bila dicampur bersama adas, pulosari, dan cetatet (Burkill dan Haniff, 1980). Namun, disarankan agar mengonsumsi daun kecipir dalam keadaan sudah dimasak. Terlalu banyak mengonsumsi daun kecipir dalam keadaan mentah dapat menyebabkan pusing dan perut kembung (Claydon, 1978).
Polong muda kecipir menurut penelitian Claydon (1975) memiliki manfaat kesehatan bagi penderita diabetes, baik untuk peredaran darah, dan untuk diet. Berdasarkan penelitian Cerny et al. (1971), kandungan polong muda kecipir mengandung kalsium (53-236 mg), fosfor (26-60 mg), sodium (3 mg), kalium (205 mg), zat besi/iron (0.2-12.0 mg). Polong muda kecipir juga mengandung vitamin A (340-595 IU), B1 (0.06-0.24 mg), B2 (0.08-0.12 mg), B3(niacin) 0.5-1.2 mg dan C (asam askorbat) 21-37 mg. Laporan penelitian Brown (1954), Institut of Nutrition, Philiphines (1957); Purseglove (1968); Cerny dan Addy (1973); Claydon (1978), kandungan kalsium, besi, vitamin A, B1, B2, B3, dan C polong muda kecipir juga
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan cowpea ‘kacang tunggak,’ kidney bean, dan hyacinth bean.
Sebagian daerah mengonsumsi polong muda kecipir mentah sebagai salad dan lalap. Namun, terlalu banyak mengonsumsi polong mentah dapat menyebabkan pusing dan kembung (Claydon, 1978). Polong muda kecipir umumnya dikonsumsi dengan dimasak terlebih dahulu.
Olahan polong muda kecipir diantaranya sayur asem, gado-gado, urab, asinan, pecal, tumis, sambal goreng sayuran (Indonesia), dambala sambol, dambala curry, dambala mallun (Sri Langka), mumu (Papua Nugini), yam taeng, som tom, nam prik pak, dan tork mun (Thailand). Kandungan proksimat biji kecipir khususnya protein dan asam amino memiliki nilai yang paling dekat dengan kedelai. Kebutuhan akan kedelai dapat disubstitusi dengan menggunakan kecipir. Biji kecipir di Jawa Barat dijadikan tempe seperti yang berbahan kedelai (Sastrapraja dan Lubis, 1975). Biji kecipir juga dapat diolah menjadi tahu dan susu sari biji kecipir. Biji kecipir memiliki manfaat pengobatan. Menurut Sunarjono (1972), biji kecipir dapat membersihkan darah dan mengobati penyakit pembuluh darah (veneral desease). Biji kecipir telah diteliti untuk dijadikan minyak makan yang tinggi protein untuk pangan dan pakan.
Laporan penelitian Claydon (1978) menyampaikan bahwa jumlah kandungan asam lemak tak jenuh pada minyak kecipir (asam linoleat 27.2-27.8% dan linolenat 1.1- 2.0%) sangat dapat diterima dan lebih rendah dibanding kandungan minyak kedelai (asam linoleat 50.0% dan linolenat 8.0%), sehingga minyak kecipir dinyatakan mempunyai stabilitas yang lebih potensial. Penelitian Cerny et al. (1971) menunjukkan bahwa minyak mentah dari biji kecipir memiliki kandungan antioksidan tokoferol lebih tinggi dibanding minyak kedelai dan jagung.
Lokasi Pemotretan
Lokasi pemotretan di Bekasi, Jawa Barat
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/5.6
Exposure time : 1/125 sec.
ISO Speed : ISO 400
Focal lengh : 300 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG MacroKamus Identifikasi tumbuhan dan tanaman serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Tumbuhan dan Tanaman
Planter and Forester
0 Response to "Psophocarpus tetragonolobus, Kecipir, Sayuran Banyak Manfaat"
Post a Comment