Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah, Primata Asli Kalimantan yang terancam punah
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah, Primata Asli Kalimantan yang terancam punah
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Primata asli Borneo, Kalimantan, Indonesia dan ditemukan hanya di pulau Kalimantan di Asia Tenggara dan di Karimata ditemukan yang lebih kecil dan berkerabat dekat. Presbytis. rubicunda. Lutung Merah sebagian besar hidup di hutan pada ketinggian di bawah 2.000 m. Mereka memakan daun sekitar 36% dalam kehidupan sehari harinya.
Nama Populer - Pop name : Lutung Merah, Lutung merah marun,The maroon langur, maroon leaf monkey, atau monyet daun marun, atau monyet daun merah red leaf monkey
Lutung merah memiliki ekor panjang dan memiliki bulu berwarna kemerahan, wajah berulas kebiruan. Sedangkan anakan berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam pada bagian bawah punggung dan melintang sepanjang bahu. Biasanya kelompok lutung merah ini berjumlah hingga 8 ekor dengan 1 ekor jantan dewasa. Makanan utamanya adalah dedaunan muda dan biji-bijian tumbuhan serta liana.
Lutung merah dapat hidup di area hutan dan perkebunan tertentu dan mungkin keluar dari hutan kemudian memasuki kebun-kebun untuk memakan dedaunan muda dan biji-bijian. Kelestarian populasi lutung merah semakin hari semakin terancam dikarenakan beberapa penyebab utama seperti pembukaan/penebangan hutan berskala besar, kebakaran hutan, perburuan, dan perdagangan satwa liar.
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Habitat Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
Monyet daun merah Presbytis rubicunda ditemukan di Asia Tenggara dan habitat khas Monyet Daun Merah merupakan hewan endemik pulau Kalimantan. Habitat mereka padat dan memiliki pepohonan dipterocarp meskipun sudah banyak pohon yang ditebang.
Kalimantan memiliki hutan hujan tropis yang sangat cocok dan sehat untuk kehidupan Lutung Merah. Kalimantan juga berisi daerah gambut dan rawa dangkal yang terdiri dari materi tanaman asam yang membusuk. Daerah berawa ini memiliki kondisi musiman cuaca kering yang ekstrim dan saat musim hujan sungai naik sekitar 2 meter dan terkadang menyebabkan banjir bandang..
Monyet daun merah alias Lutung Merah, adalah primata arboreal dan menghabiskan sebagian besar waktunya di kanopi alias di atas pohon.
Lutung merah juga memiliki wilayah jelajah yang luas dan kepadatan populasi yang rendah dibandingkan dengan primata lainnya. Hal ini diyakini karena mereka mengandalkan pohon tertentu yang langka dan tersebar luas.
Habitat lutung untuk hidup terutama adalah di kawasan hutan hujan, namun lutung juga terkadang sering juga dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan, atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 m dari permukaan laut. Lutung termasuk hewan siang hari (diurnal) dan sangat aktif pada pagi dan sore hari (Supriatna et al., 1986). Satwa ini hidup di pepohonan secara bergerombol antara 9-30 ekor terdiri dari satu lutung jantan dewasa dan lutung-lutung betina yang secara komunal membesarkan anak lutung. Lutung jantan dewasa pada kelompok tersebut akan melindungi kelompok dan wilayahnya dari lutung-lutung yang lain (Nurwulan, 2002).
Spesies lutung merah (Presbytis rubicunda) hidup di hutan dengan ketinggian kurang dari 2.000 m di atas permukaan laut. Selain itu, lutung merah juga dapat hidup di hutan rawa (Chivers dan Burton, 1988). Lutung merah banyak ditemukan di pulau Kalimantan, propinsi Kalimantan Barat, negara Indonesia.
Subspesies P. r. carimatae lebih memilih hidup di hutan rawa dan terkadang mengunjungi kebun penduduk setempat untuk mencari makan (Yanuar et al., 1993).
Penyebaran lutung merah (Presbytis rubicunda) terdapat di Pulau Kalimantan, negara Indonesia (Kalimantan dan Pulau Karimata) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak), dan kemungkinan juga terdapat di Brunei. Subspesies P. r. rubicunda dapat ditemukan di bagian Timur Sungai Barito dan bagian Selatan Sungai Mahakam, sebelah Tenggara Kalimantan. Subspesies P. r. rubida, banyak ditemukan di bagian Selatan Sungai Kapuas dan bagian Barat Sungai Barito.
Sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara sampai Sarawak, Malaysia, subspesies P. r. ignita banyak ditemukan. Subspesies ini kemungkinan juga dapat ditemukan di Sungai Baram, perbatasan Brunei. Subspesies P. r. chrysea tersebar dalam jumlah kecil di bagian Timur Sabah, Malaysia dekat Kinabatangan. Subspesies P. r. carimatae hanya terdapat di Pulau Karimata (Groves, 2001). Selain itu, lutung
merah juga dapat ditemui di Cagar Alam Tanjung Puting dan Cagar Alam Pleihari Martapura, Kalimantan Tengah (Chivers dan Burton, 1988).
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah sebagai Satwa Primata
- mempunyai ischial pads,
- mempunyai colon yang terbagi atas bagian ascending, transverse dan descending (adanya sigmoid flexure), dan
- tidak mempunyai appendix (Sajuthi, 1984).
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Perilaku Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
- tingkah laku ingestive atau tingkah laku makan dan minum;
- tingkah laku shelter seeking atau mencari perlindungan adalah kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya;
- tingkah laku agonistik atau tingkah laku persaingan antara dua satwa yang sejenis, umumnya terjadi pada saat musim kawin;
- tingkah laku seksual yang merupakan tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan satwa jantan dan betina satu jenis;
- care giving atau epimelitic adalah pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour);
- care soliciting atau et-epimelitic atau tingkah laku meminta dipelihara yang merupakan tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa;
- tingkah laku eliminative atau tingkah laku membuang kotoran;
- tingkah laku allelomimetik adalah tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan; dan
- tingkah laku investigative atau tingkah laku memeriksa lingkungannya.
- Tingkah laku kehidupan primata di alam adalah hidup secara berkelompok.
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh pakan, yaitu : (1) tetap berada di tempat dan pakan datang sendiri, (2) berjalan untuk mencari makan, dan (3) menjadi parasit bagi organisme lain. Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis pakan yang tersedia dan habitat (Warsono, 2002). Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau rasa lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990).
- quadrupedal : berjalan dan berlari, yaitu bergerak secara kontinyu, biasanya bergerak horizontal menggunakan keempat tungkainya;
- leaping : melompat secara terputus-putus dan berlangsung sangat cepat, gerakan ini menggunakan dua tungkai belakang dan saat mendarat menggunakan tungkai depan atau tungkai belakang, gerakan ini bila dilakukan secara terus-menerus disebut hopping;
- climbing : gerakan secara kontinyu, biasanya berupa gerakan vertikal menggunakan variasi antara keempat tungkainya, kedua tangannya digunakan untuk menarik tubuhnya ke atas sedangkan kedua kakinya digunakan untuk mendorong; dan
- arm-swinging : gerak menggantung dan mengayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Lutung merah (Presbytis rubicunda) bergerak secara quadrupedal.
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Perilaku Istirahat Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
Tingkah laku istirahat berlangsung apabila satwa primata relatif tidak bergerak, misalnya duduk, berdiri, tidur, atau berbaring pada tenggeran. Kegiatan istirahat pada primata termasuk lutung umumnya dipengaruhi oleh tingkat suhu dan kelembaban (Prayogo, 2006). Aktivitas istirahat terbagi ke dalam dua tipe, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total artinya lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur, sedangkan
istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya. Waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990).
Perilaku Reproduksi Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
Tingkah laku reproduksi lutung akan dimulai dengan lutung betina yang melakukan pergerakan secara berirama dari satu sisi ke sisi yang lain dan kemudian maju lalu menggerakkan kepalanya ke arah lutung jantan. Seekor lutung jantan tidak selalu mengawini seekor lutung betina yang menunjukkan tingkah laku ingin dikawini (birahi), namun ketika seekor lutung jantan mengawini lutung betina maka frekuensi perkawinan akan berlipat ganda. Jika dua lutung betina memohon untuk dikawini oleh seekor lutung jantan secara serempak, maka kedua betina tersebut akan dikawininya dan apabila seekor
lutung jantan berpaling dari lutung betina yang ingin dikawini, maka lutung betina tersebut akan maju untuk melakukan pendekatan dengan lutung jantan (Bernstein, 1968).
Perilaku Vokalisasi Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
Lutung merah merupakan spesies arboreal, satwa yang hidup di atas pepohonan, sehingga lutung jarang meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami. Spesies ini hidup berkelompok antara 2-13 individu di dalamnya. Kelompok ini akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk mencari pakan pada pagi hari. Setelah mencari pakan, kelompokkelompok kecil ini beristirahat saat siang hari dan kembali berkumpul pada waktu sore hari. Tingkah laku vokalisasi yang dilakukan oleh lutung merah diantaranya adalah :
- panggilan keras dan panjang, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa berfungsi untuk menunjukkan batas wilayah kekuasaan mereka dan
- panggilan peringatan, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan (Supriatna et al., 1986).
Pakan lutung umumnya adalah dedaunan, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda, biji-bijian dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung.
Variasi pakan inilah yang mengakibatkan lutung disebut herbivora. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan pakan primata (Rijksen, 1978). Lutung memiliki gigi molar yang lebar dan besar, hal ini menunjukan adanya adaptasi anatomi terhadap berbagai jenis pakan (Suwelo, 1982). Lutung sebagai pemakan dedaunan memiliki saluran pencernaan yang rumit, namun keuntungannya ialah saluran tersebut dapat mencerna dedaunan yang tua. Hal ini terjadi karena di dalam perutnya terdapat banyak bakteri yang dapat mengubah selulosa dan melepaskan energi (MacDonald, 1984).
Menurut Smuth et al. (1987), semua primata memiliki kebutuhan yang sama dalam mendapatkan energi, asam amino, mineral, vitamin, air dan asam lemak tertentu. Namun, betina yang menyusui akan membutuhkan protein dan mineral yang lebih banyak dari yang tidak menyusui. Lutung makan dengan menggunakan kedua tangannya. Biasanya setelah mengambil pakan, lutung membawa pakannya ke atas atau batang pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang. Posisi yang sering dilakukan lutung ketika makan adalah posisi duduk di batang pohon dan makan di atas jeruji besi dengan posisi tangan kiri memegang besi dan tangan yang lainnya digunakan untuk memasukkan pakan ke dalam mulutnya (Nurwulan, 2002). Rataan konsumsi bahan kering di penangkaran yang dilaporkan Farida (2010), sejumlah 78,09 g/ekor/hari dan kebutuhan nutrisinya sebesar 6,31% abu, 12,06% protein kasar, 3,74% serat kasar dan 64,32% bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) diartikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi apabila bahan pakan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1995). Konsumsi zat pakan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme dalam tubuh (Sutardi, 1980). Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah (Arora, 1989). Iklim yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan, apabila iklim panas maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah konsumsi akan meningkat (Tomaszewska et al., 1991).
Menurut Rowe (1996), lutung memakan daun kurang lebih 80% dari kebutuhan hidupnya, sedangkan sisanya berupa pakan buah-buahan. Bagian daun yang dimakan ujung daun, sedangkan bagian yang terbuang sebesar 10-66%. Daun yang masih muda biasanya dimakan habis, apabila daunnya sudah cukup tua maka yang dimakan hanya bagian ujung daun saja. Hal ini terjadi karena lutung dapat memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan daun yang sudah tua biasanya kandungan nutrisinya sudah berkurang, selain itu bagian ujung daun yang sudah tua diduga rasanya lebih enak karena kandungan nutrisinya lebih banyak daripada bagian pangkal daun. Lutung lebih menyukai daun dengan pucuk-pucuk muda karena pada daun ini sedikit mengandung lignin dan tanin daripada daun yang sudah tua (Prayogo, 2006).
Beberapa jenis tumbuhan yang menjadi santapan Sang Lutung Merah,
Bauhinia purpurea adalah spesies tanaman berbunga dari keluarga Fabaceae yang berasal dari China Selatan (Hong Kong) dan Asia Tenggara. Tanaman ini berukuran sedang dengan daun yang besar berbentuk hati.
Permukaan daunnya halus dan berbulu. Ukuran diameter daun dan tangkai daun berkisar antara 8-15 cm dan 4 cm. Tanaman ini biasanya berbunga pada bulan Oktober-Desember dengan bunga berwarna merah muda hampir putih (Rajaram dan Janardhanan, 1991).
Beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohonnya besar dengan tinggi 20-25 m dan memiliki sistem perakaran tunggang. Batang pohon beringin berbentuk bulat tegak, dengan permukaan kasar dan berwarna cokelat kehitaman. Percabangan batangnya simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daunnya tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek, dengan letak menyilang dan saling berhadapan. Panjang daunnya 3-6 cm, lebar 2-4 cm dan sistem pertulangan daunnya menyirip. Bunga beringin tunggal, keluar dari ketiak daun, dengan kelopak berbentuk corong, mahkota berbentuk bulat dan berwarna kuning kehijauan (Hutapea, 1994).
Pisang Siam (Musa paradisiaca)
Pisang siam merupakan salah satu kultivar dari tanaman pisang yang termasuk dalam kelompok ABB (triploid). Pisang siam berdasarkan cara konsumsi buahnya termasuk dalam kelompok pisang yang langsung dapat dikonsumsi dan pisang olahan (Valmayor et al., 2000). Pisang mempunyai kandungan gizi yang baik dan menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Mineral yang terdapat dalam buah pisang antara lain
kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Buah pisang juga mengandung vitamin B kompleks, B6, C dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Simmond, 1986)
Dan beberapa tanaman hutan lainnya.
Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah |
Klasifikasi Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah
Order : Primates
Lokasi pemotretan di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat
Detail :Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/5.6
Exposure time : 1/125 sec.
ISO Speed : ISO 400
Focal lengh : 300 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro
Kamus Identifikasi tumbuhan dan tanaman serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Tumbuhan dan Tanaman
0 Response to "Presbytis rubicunda (Müller), Lutung Merah, Primata Asli Kalimantan yang terancam punah"
Post a Comment