Beruang madu, Sun Bear, Helarctos malayanus
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Beruang madu merupakan spesies beruang terkecil yang dapat ditemukan di Indonesia dari delapan spesies beruang yang ada di dunia (Lekagul & McNeely 1977). Beruang berwarna hitam dengan tanda unik berbentuk huruf U atau V di lehernya ini memiliki kebiasaan bermalas-malasan di bawah sinar matahari sehingga dinamakan juga beruang matahari (sun bear) serta memiliki kegemaran terhadap madu sehingga dinamakan beruang madu (Sastrapradja et al. 1982).
Beruang madu termasuk satwa yang dilindungi oleh perundang-undangan di Indonesia. Peranan beruang madu selain menjaga keseimbangan ekosistem hutan juga turut membantu persebaran biji dari buah-buahan yang mereka makan (McConkey & Galetti 1999). Beruang ini juga dapat mengendalikan populasi serangga yang menjadi sumber pakannya.
Beruang madu di Indonesia dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Satwaliar ini menempati tipe habitat rawa, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan sampai dengan ketinggian 2000 m di atas permukaan laut (Fredriksson et al. 2008, Sastrapradja et al. 1982).
Menurut Fredriksson et al. (2008), meskipun termasuk ordo karnivora, spesies ini merupakan omnivora oportunistik yang memakan rayap, semut, larva kumbang, larva lebah, madu dan
berbagai spesies buah-buahan. Satwa ini dapat menjadi hama yang merusak perkebunan coklat, karet dan kelapa sawit (MacKinnon 1986) diduga akibat konversi habitat alami mereka menjadi perkebunan.
Baca juga :
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Nama Populer - Pop name : Beruang Madu, Sun Bear
Nama Latin - Latin Name : Helarctos malayanus (Raffles, 1821)
Family : Ursidae
Origin - Daerah Asal : Indochina, Indonesia, Sumatra, Kalimantan
Ciri khas : Beruang berbulu hitam
Keunikan : Beruang pemakan madu
Beruang madu (Helarctos malayanus) termasuk familia Ursidae dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang ini adalah fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan maskot dari kota Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain
Beruang adalah satwa karnivora terbesar di dunia yang hidup di darat yangkeserupaannya antara satu dengan yang lain sedemikian kuatnya sehingga hampir tidak mungkin tertukar dengan mamalia lainnya (Hoeve 2003). Menurut Fredriksson et al. (2008), beruang madu diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Carnivora, famili Ursidae, marga Helarctos dan jenis Helarctos malayanus (Raffles 1821). Beruang madu dibedakan menjadi dua sub-spesies yaitu Helarctos malayanus euryspilus yang dapat ditemukan di Borneo dan H. m. malayanus yang dapat ditemukan di dataran utama Asia dan Sumatera (Meijaard 2004).
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Ciri ciri dan Identifikasi Satwa Helarctos malayanus
Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 – 65 kg. Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong.
Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit. Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka telapak kaki beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Kepala beruang madu relatif besar sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga kecil dan berbentuk bundar.
Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk menyarikan madu dari sarang lebah di pepohonan. Selain itu, lidah yang panjangnya dapat melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga kecil di batang pohon Beruang madu memiliki penciuman yang sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan. Beruang madu lebih sering berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan dengan dua kaki seperti manusia.
Lengan beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat pohon.
Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk menggali rayap, semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras.
Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu besar sehingga tidak dapat memecahkan buah-buah besar seperti kelapa. Gigi beruang ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Ukuran tulang tengkorak kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang tengkorak 264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic 214,6 mm, lebar mastoid 170,2 mm, lebar interorbital 70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm.
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Habitat Satwa Helarctos malayanus
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra 2002). Menurut Soemarwoto (1983), habitat suatu organisme pada umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai dengan persyaratan hidup organisme yang menghuninya, dimana persyaratan tersebut merupakan kisaran faktor-faktor ekologi yang ada di dalam habitat dan diperlukan untuk mempertahankan hidupnya.
Menurut Alikodra (2002), komponen fisik habitat terdiri atas air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang. Komponen biotik terdiri atas vegetasi, mikrofauna, makrofauna dan manusia. Jika seluruh keperluan hidup satwaliar dapat terpenuhi di dalam suatu habitatnya, maka populasi satwaliar tersebut akan tumbuh dan berkembang sampai terjadi persaingan dengan populasi lainnya.
Habitat yang cocok merupakan habitat yang mampu menyediakan semua persyaratan habitat bagi suatu spesies untuk musim tertentu atau sepanjang tahun. Persyaratan tersebut meliputi pakan, penutupan tajuk, dan faktor lain yang dibutuhkan satwaliar untuk bertahan hidup dan menunjang keberhasilan proses reproduksi (Bailey 1984).
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian. Habitat beruang madu adalah hutan hujan tropis dataran rendah, hutan dipterocapaceae dan hutan pegunungan rendah. Beruang madu dapat ditemukan pada ketinggian 0-2000 m dpl. Mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2-7 meter dari tanah dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Umumnya beruang madu membuat sarang lebih dekat dengan batang pohon. Beruang yang hidup di negara tropis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim (Fredriksson et al. 2008, Servheen 1998). :
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang.
Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Borneo, Sumatra, Indocina, Cina Selatan, Burma, serta Semenanjung malaya.
Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim.
Beruang madu pada masa lalu diketahui tersebar hampir di seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Penyebaran Satwa Helarctos malayanus
Informasi mengenai estimasi populasi beruang madu di dunia sangat sulit untuk diperoleh. Estimasi populasi global beruang madu yang diperoleh dari IUCN Bear Specialist Group yaitu <5000 individu di seluruh dunia (Servheen et al. 1999 diacu dalam Augeri 2005). Populasi beruang madi di kebun binatang di Eropa dan Amerika masing-masing antara 50 dan 60 individu (Schwarzenberger et al. 2004). Menurut Fredriksson et al. (2008), kecenderungan populasi spesies ini semakin menurun. Berkurangnya habitat beruang madu secara cepat di seluruh wilayah penyebarannya menyebabkan populasi spesies ini diduga mengalami penurunan lebih dari 30% selama lebih dari tiga puluh tahun atau tiga generasi beruang.
Fosil beruang madu dari zaman Pleistocene telah ditemukan jauh di Cina bagian utara bahkan di Pulau Jawa, akan tetapi spesies ini tidak ditemukan di lokasi tersebut pada masa sejarah (Erdbrink 1953 diacu dalam Fredriksson 2008).
Beruang madu pertama kali ditemukan di Myanmar (Pocock 1941), baru kemudian ditemukan di Thailand, Semenanjung Malaya, Indocina, Cina bagian selatan dan Indonesia (Lekagul & McNeely 1977).
Menurut Fredriksson et al. (2008), beruang madu merupakan spesies asli di Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, beruang madu dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Spesies ini telah dinyatakan punah di Singapura dan Bangladesh (Fredriksson et al. 2008, UNEP-WCMC 2011).
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Morfologi Satwa Helarctos malayanus
Beruang madu berwarna kehitam-hitaman atau hitam kecoklatan dengan dengan tanda berbentuk V di dada yang berwarna putih kecoklatan atau kekuningan. Moncong beruang madu berwarna lebih cerah dari badannya. Kaki depannya menghadap ke dalam dengan telapak kaki yang licin. Kaki depan dan belakangnya memiliki lima cakar yang panjang melengkung dan kuat yang sangat berguna sebagai alat pemanjat pohon. Panjang rambutnya yang terpendek dibandingkan dengan spesies beruang lainnya karena beradaptasi dengan panasnya lingkungan tropis. Ekornya sangat pendek hingga tak tampak. Gigi gerahamnya lebih lebar dan rata, menandakan macam makanannya yang beranekaragam. Panjang kepala dan badan antara 1.1-1.4 m, tinggi sebahu sekitar 70 cm dan berat antara 27-65 kg (Carter 1978, MacKinnon 1986, Medway 1978, Payne et al. 2000, Sastrapradja et al. 1982, Servheen 1998). :
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Perilaku Satwa Helarctos malayanus
Beruang madu lebih aktif selama periode crepuscular. Beruang jantan lebih sering aktif pada periode diurnal meskipun beberapa individu aktif pada malam hari untuk waktu yang pendek. Aktifitas puncak di pagi hari terjadi pukul 07.00, di siang hari pukul 13.00 dan di sore hari pukul 17.00.
Beruang madu dapat memanjat bebas menaiki batang tanpa ranting pada pohon yang tinggi hanya dengan menggunakan cakar sehingga meninggalkan bekas cungkilan. Beruang termasuk satwa yang berbahaya dan buas terhadap manusia, terutama ketika
sedang membawa anaknya (Medway 1978, Wong et al. 2004). Kegiatan mencari makan dilakukan pada malam hari.
Beruang madu membuat sarang dari ranting untuk beristirahat (Sastrapradja et al. 1982). Beruang madu ahli dalam memanjat dan dapat naik sampai tinggi sekali untuk mencapai sarang tawon dan rayap.
Beruang madu mencabut dahan kayu sampai terbuka dengan kuku dan giginya yang kuat untuk menjangkau sarang tersembunyi dari tawon meliponid yang tak bersengat dan memakan isinya yang manis (MacKinnon 1986).
:
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Perilaku Makan Satwa Helarctos malayanus
Beruang madu adalah satwa omnivora yang mengonsumsi baik hewan maupun tumbuhan. Diet alaminya meliputi larva lebah dan madu, rayap, semut, larva kumbang dan beberapa vertebrata kecil yang dapat ditangkap serta buahbuahan dan dedaunan tertentu terutama pucuk-pucuk palem atau umbut dan batang lain yang manis seperti tebu. Selain tumbuhan yang manis, beruang madu juga suka memakan beberapa jenis burung termasuk ayam, tikus dan binatang kecil lain. Berdasarkan analisis kotoran, komposisi pakannya terdiri dari kumbang, larva kumbang, rayap, semut, kecoa hutan dan kalajengking. Binatang ini gemar mencari sarang lebah dengan membongkar celah-celah batang, memasukkan cakar dan kukunya yang tajam, menjilat-jilat madu beserta larva yang ikut terbongkar (MacKinnon 1986, McConkey & Galetti 1999, Medway 1978, Sastrapradja et al. 1982, Wong et al. 2002).
Beruang madu adalah binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnya.Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak, setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain.
Pada wilayah yang telah diganggu oleh manusia, mereka akan merusak lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun lainnya
Pakan beruang madu di penangkaran dikelola dengan diet campuran nasi, daging, buah dan sayur. Pakan beruang madu di Kebun Binatang New York terdiri dari rasio harian 2 lb (± 0,9 kg) daging mentah, 1 pint susu yang dicampur dengan sereal dan sirup atau madu, 0,5 lb (± 0,23 kg) campuran daging yang telah dipotong-potong, makanan anjing, tulang dan minyak ikan cod (cod liver oil) dan buah-buahan lembut (Medway 1978).
Jenis tumbuhan dari famili ini menghasilkan buah, biji atau bunga yang dapat menjadi sumber pakan bagi beruang madu. Jenis yang paling mendominasi pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan tiang adalah Syzygium inophyllum sedangkan untuk tingkat pohon adalah Madhuca motleyana. Kedua jenis ini merupakan vegetasi pakan beruang madu.
Vegetasi dari famili Clusiacea termasuk vegetasi pakan, sedangkan famili Dipterocarpaceae termasuk vegetasi cover bagi beruang madu. Jenis tumbuhan yang paling dominan untuk tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon berturut-turut adalah A. acuminatissima, S. inophyllum, Mangifera griffithii dan Blumeodendron tokbrai
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Reproduksi Satwa Helarctos malayanusBeruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan.
Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai.
Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri.
Perilaku Biologi Reproduksi Helarctos malayanus dan masa kawin pada beruang madu terjadi setiap waktu dengan masa bunting berlangsung selama tiga bulan. Frekuensi melahirkan yaitu satu kali setiap tahun dengan interval masa estrus antara 140-216 hari (Schwarzenberger et al. 2004).
Di alam liar, anak diletakkan di atas tanah, biasanya terlindung diantara akar pohon yang tinggi. Jumlah anak per kelahiran (litter size) yaitu satu sampai dua ekor (Sastrapradja et al. 1982).
Masa bunting dari dua betina di penangkaran yaitu masing-masing 95 dan 96 hari. Berat anak beruang madu yang baru lahir yaitu hanya sekitar 325 g. Pertumbuhan anaknya cepat, gigi susu lepas pada tujuh bulan dan gigi dewasa lengkap setelah 18 bulan. Catatan terpanjang masa hidup (life span) di penangkaran yaitu 35 tahun, dimana umur betina ketika pertama kali
berkembang biak yaitu 3-4 tahun (Kitchener & Asa 2010).
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Klasifikasi Satwa Helarctos malayanus
Class : Mammalia
Order : Carnivora
Family : Ursidae
Genus : Helarctos
Species : Helarctos malayanus
Binomial name
Helarctos malayanus (Raffles, 1821)
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Status KonservasiManfaat Satwa
Menurut CITES (2011), Helarctos malayanus tergolong satwa Appendix I, yaitu jenis satwa yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Perdagangan spesimen dari spesies yang ditangkap di alam bebas adalah ilegal dan diizinkan hanya dalam keadaan luar biasa. Menurut daftar merah IUCN (IUCN red list) versi 3.1, satwa ini tergolong vulnerable atau rentan mengalami kepunahan kecuali jika penanganan keselamatan dan reproduksinya baik. Beruang madu termasuk satwa yang dilindungi oleh Perundang-undangan di Indonesia (PP No.7 tahun 1999).
Konservasi beruang madu masih sangat jarang dilakukan. Beruang ini telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun.Penelitian lebih lanjut mengenai beruang madu sedang dilakukan, khususnya tentang dasar-dasar biologis, ekologi, serta perilakunya.[35] Konservasi beruang madu perlu difokuskan pada perlindungan terhadap habitat hutan, manajemen yang baik terhadap bidang perlindungan beruang madu, supremasi hukum yang tegas terkait dengan pelanggaran terhadap perlindungan beruang madu, menghentikan perdagangan anggota tubuh beruang, serta mengurangi konflik antara manusia dan beruang madu di wilayah hutan
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
Lokasi Pemotretan Satwa
Lokasi pemotretan di Taman Safari Bogor, Bogor, Jawa Barat
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/4.5
Exposure time : 1/500 sec.
ISO Speed : ISO 250
Focal lengh : 170 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro
Kamus Identifikasi Flora dan Fauna serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Flora dan Fauna
Planter and Forester
|
Beruang madu, Helarctos malayanus |
0 Response to "Beruang madu, Sun Bear, Helarctos malayanus"
Post a Comment