Dysdercus cingulatus Fabricius
|
Dysdercus cingulatus
|
Bapak pucung tumbuh sekitar panjang 12–18 mm. Spesies ini memiliki warna merah yang dominan, tetapi mereka memiliki warna kerah putih dan tiga bintik hitam.
Anda mungkin ingat lagu dengan lirik bahasa jawa :
Bapak Pucung dudu watu dudu gunung
Sangkane ing sebrang
ingon-ingone sang Bupati
Bapak Pucung yen mlaku lembehan grana
dan kalau lagu ini diartikan dalam bahasa Indonesia
Bapak pucung bukan batu bukan gunung.
Berasal dari tanah seberang.
Peliharaan sang bupati.
Jika berjalan si pucung melambaikan hidung.
Berarti serangga ini memang sudah lama menjadi perhatian dan mungkin banyak ditemui di halaman rumah rumah dari dulu hingga sekarang.
|
Dysdercus cingulatus Fabricius
|
Diceritakan Dysdercus cingulatus alias Bapak Pucung dudu watu dudu gunung alias bukan batu bukan gunung, berarti adalah hewan atau binatang.
Bapak pucung atau bok bok cong alias Dysdercus cingulatus adalah spesies dari kepik sejati dalam famili Pyrrhocoridae. Bapak pucung merupakan hama bagi tanaman kapas. Nimfa dewasa dan tua memakan buah kapas yang muncul dan biji kapas.
|
Dysdercus cingulatus Fabricius
|
Klasifikasi binomial nomenclatur dari Bok Bok Cong alias Bapak Pucung
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pyrrhocoridae
Genus : Dysdercus
Spesies : Dysdercus cingulatus Fabricius
Serangga betina dewasa bertelur sebanyak 60–90 butir telur di dalam bilik yang mereka gali di tanah. Telur menetas setelah sekitar lima hari dan nimfa berkembang melalui empat tahap nimfa selama 30–40 hari atau lebih sebelum menjadi serangga dewasa.
|
Dysdercus cingulatus muda diantara Biji Ulin Eusideroxylon swagery
|
Bapak Pucung Sangkane ing sebrang yang artinya Dysdercus cingulatus asalnya dari seberang.
Persebaran serangga Dysdercus cingulatus Fabricius memiliki wilayah persebaran yang luas dan tersebar mulai dari Nepal, Sri Lanka, timur laut dan selatan India, Bangladesh, Thailand, Filipina, Sumatra, Jawa, Borneo, Papua New Guinea, dan utara Australia.
Kalau di Indonesia, serangga ini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Saya mengabadikan beberapa foto dengan lokasi pengambilan di Bogor Jawa Barat, Nanga Tayap Kalimantan Barat, Sotek Kalimantan Timur dan Merauke di Papua.
Lirik berikutnya ingon-ingone sang Bupati yang artinya peliharaan Sang Bupati, jadi sebenarnya Dysdercus cingulatus juga makhluk Tuhan meskipun statusnya saat ini adalah hama penting di tanaman kapas dan beberapa tanaman lainnya termasuk rosela.
Tanaman inang selain kapas, bapak pucung memakan sejumlah tanaman-tanaman lain termasuk okra, kembang sepatu, kapasan, yute putih, jeruk, dan jagung. Serangga ini juga menyerang pohon randu alas, kapuk randu, jati, dan waru laut.
Seperti halnya kepik sejati yang lain, bapak pucung mengisap cairan dari tanaman inangnya.
Satu-satunya bagian tanaman kapas yang terkena hama ini adalah bunga dan kapsul biji atau buah kapasnya.
Saat tanaman tumbuh, serangga ini memasuk-masukkan cotoknya atau bagian lipatan bunga di antara karpel tumbuhan dan mengisap cairan dari biji yang masih lunak di dalamnya.
Mikroorganisme dapat masuk saat proses ini berlangsung dan membuat kandungan buah kapas membusuk atau seratnya menjadi berubah warna.
Sementara itu, biji menjadi layu, seratnya kemungkinan gagal berkembang dan buah kapas bisa gugur.
Ketika biji tanaman inang matang dan lingkungan biji tanaman menjadi tidak cocok, serangga dewasa bermigrasi ke tanaman inang baru dari spesies yang sama atau berbeda.
Sementara jauh dari inang mereka, mereka memakan nektar dan buah tanaman non-inang, dan dapat bertahan hidup selama beberapa hari tanpa makanan. Mereka tampak menyukai buah jeruk, tetapi ini mungkin hanya karena sering ada perkebunan jeruk di dekat ladang kapas.
|
Dysdercus cingulatus alias Bapak Pucung
|
Seperti di dokumentasi saya, serangga Bapak Pucung alias Dysdercus cingulatus sedang menjadi hama di tanaman Rosela Hibiscus sabdariffa dan dalam satu tanaman mungkin ada puluhan serangga ini.
Syair terakhir Bapak Pucung yen mlaku lembehan grana yang artinya Jika berjalan si pucung melambaikan hidung. Gambaran di lagu ini diartikan bahwa jalannya sangat lambat dan pergerakannya pelan.
|
Dysdercus cingulatus
|
Kenangan bermain bersama serangga yang mungkin hampir semua orang seriong melihat Sang Bapak Pucung alias Dysdercus cingulatus.
Informasi yang sangat menambah pengetahuan tentang serangga. Saat kecil saya pernah mempunya fobia akan serangga ini. Setelah dewasa dan tahu bahwa serangga ini tidak berbahaya, fobia itu hilang dengan sendirinya. Terimakasih>
ReplyDeleteTetapi, ada satu hal yang menarik perhatian saya mengenai makna lagu Bapk Pucung, Saya sebagai orang jawa, yang saya tahu dar makna lagu bapak pucung adalah menceritakan seekor Gajah yang merupakan peliharaan para petinggi/pemilik kekuasaan (bupati). Lagu Pucung ini sebenarnya adalah lagu tebak2an. Karena bukan hanya sperti itu saja untuk lagu pucung.
Bapak Pucung dudu watu dudu gunung = bapak pocung bukan batu bukan gunung
Sabane ing sebrang = asalmu dari seberang
Titihane sri Bupati = peliharaannya sang bupati
Yen lumaku si pucung lembehan grana = kalau berjalan si pocung hidungnya melambai
Sehingga berdasarkan arti tersebut, makna yang dimaksud adalah Gajah. Tembang tersebut bercerita tentang seekor Gajah.
Ada lagi:
Bapak Pucung Cangkemu madepa nduwur
Sabamu ing sendang
Pencokanmu lambung kering
Prapteng wismo sipucung mutah kuwoyo
Ini jawaban tebakannya adalah KENDI, yang biasa dibawa ibu2 atau para gadis jaman dulu untuk ambil air di sendang, yang diindit di pinggang sebelah kiri, sampai rumah, kendi ini memuntakhan kuwoyo (air) karena di tuang ke tempat yang lebih besar.
Semoga membantu...
Terimakasih.