Kapan saat yang tepat untuk Peremajaan Kebun Entres Karet Berdasarkan Tingkat Juvenilitas dan Kemampuan recovery setelah Rejuvinasi
Kapan saat yang tepat untuk Peremajaan Kebun Entres Karet Berdasarkan Tingkat Juvenilitas dan Kemampuan recovery setelah Rejuvinasi
Para pekebun sering mengabaikan mutu fisiologis mata okulasi yang digunakan. Sebagai contoh adalah pada kondisi dimana jumlah mata entres yang diambil dari kebun entres tidak mencukupi, maka entres akhirnya diambil dari cabang tanaman yang sudah menghasilkan (sering diistilahkan dengan tak ent). Jika entres (mata okulasi) diambil dari cabang tanaman komersil berumur ≥ 3 tahun, akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya lambat dan daya hasil rendah (Hadi, 2006).
Disamping itu, tanaman akan cepat berbunga, sehingga pencapaian waktu matang sadap menjadi lebih lama. Fakta bahwa pada tanaman berumur 2,7 tahun di lapangan sudah berbunga telah pernah ditemui dalam hamparan luas di beberapa perkebunan besar. Ternyata setelah ditelusuri mata okulasi yang dipergunakan diambil dari tanaman produksi yang telah berumur 5-6 tahun (tipe dewasa). Tanaman tersebut baru dapat disadap setelah umur 5-5,5 tahun (terlambat 1-1,5 tahun).
Umur tanaman sebagai sumber entres juga sering diabaikan, padahal faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman yang dihasilkan (Liu et al.,1990). Bertambah tua tanaman entres, maka kemampuan tumbuh dan laju pertumbuhan tunas yang diambil dari entres tersebut akan berkurang. Dikatakan bahwa mata okulasi yang diambil dari pohon entres tua sudah termasuk tunas (mata okulasi) dewasa, dimana stadium ini ditandai oleh mundurnya kemampuan/daya tumbuh tanaman (Isbandi, 1993).
Di dalam makalah ini diuraikan :
Uraian tersebut diatas bertujuan agar diperoleh bahan tanam yang prima dan produksi sesuai dengan potensi klonnya.
Pada topik kali ini, dibahas mengenai tingkat juvenilitas dan kemampuan recovery dan pertumbuhan kebun entres setelah rejuvinasi.
Tingkat Juvenilitas Kebun Entres
Kebun entres adalah kebun yang ditujukan untuk menghasilkan mata okulasi dari klon-klon yang telah dihasilkan. Sementara klon adalah kumpulan individu yang mempunyai genotipe sama dan berasal dari satu pohon induk (Hartman and Kester. 1976). Tanaman asal biji (hasil persilangan yang telah teruji potensi produksi dan sifat sekunder lainnya) yang menghasilkan tanaman klonal disebut induk klon (ortet).
Ortet atau induk klon anjuran yang dihasilkan pemulia selanjutnya harus diperbanyak secara okulasi. Untuk perbanyakan tersebut, maka klon dimaksud harus diperbanyak terlebih dahulu dalam bentuk kebun kayu okulasi (KKO/kebun entres) untuk memudahkan mendapatkan mata okulasi pada perbanyakan berikutnya. Pada tahap awal perbanyakan ortet (induk klon), mata daun yang terdapat pada cabang-cabang orthotrop (cabang yang tumbuh arah ke atas) dari tanaman biji hasil persilangan tersebut pada umur 3 tahun diambil dan diokulasikan pada batang bawah berumur 6-10 bulan. Selanjutnya hasil okulasi dalam bentuk stum okulasi mata tidur dipelihara di polibag sampai stadia dua payung dan selanjutnya ditanam di kebun entres (KKO). Selanjutnya mata okulasi dari kebun entres tersebut diambil lagi untuk perbanyakan selanjutnya.
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah mata okulasi yang diambil dari kebun entres tersebut masih bersifat juvenil?.
Melihat tahap awal proses pembangunan kebun entres untuk klon-klon unggul, maka mata okulasi yang diambil dari kebun entres umumnya sudah menurun tingkat juvenilitasnya atau termasuk tipe dewasa (Hui Yuan et al. 1998, Songquan et al.1990, Marattukalam dan Saraswathyamma, 1992 dalam Hadi dan Setiono, 2006). Hal ini beralasan karena mata okulasi yang pertama kali diambil dari tanaman F1 adalah dari batang bagian atas pada tanaman biji yang sudah berumur 3-4 tahun dan pada tanaman karet sudah termasuk tanaman dewasa. Dengan demikian perbanyakan tanaman karet mempergunakan entres tersebut akan menghasilkan bibit klonal tipe dewasa. Kalau demikian halnya, maka pastilah produksi tanaman yang mata okulasinya diambil dari kebun entres akan lebih rendah dibandingkan dengan produksi pohon induknya (ortet), sebagaimana telah dibuktikan para peneliti terdahulu. Salah satu penyebab belum tercapainya potensi produksi klon adalah karena penggunaan mata okulasi yang sudah memasuki tipe dewasa.
Rejuvinasi Kebun Entres
Usaha-usaha untuk merubah tanaman dewasa agar tumbuh dengan karakter muda (juvenil) disebut dengan rejuvinasi.
Rejuvinasi pada kebun entres mutlak dilakukan untuk mendapatkan mata okulasi yang prima. Hal tersebut dapat dilakukan dengan :
Peremajaan Kebun Entres
Pada umur berapa kebun entres diremajakan untuk mempertahankan mutu mata okulasi yang dihasilkan?.
Pertanyaan seperti itu sering dilontarkan oleh para pekebun. Direktorat Jenderal Perkebunan (1995) menganjurkan agar kebun entres dipertahankan maksimal sampai dengan umur 10 tahun dan setelah itu harus dibongkar untuk diremajakan dengan klon-klon unggul baru. Walaupun sudah ada anjuran tersebut, pada kenyataannya, sering ditemui baik itu di perkebunan besar negara, swasta maupun rakyat, bahwa kebun entres yang berumur lebih dari 10 tahun masih dijadikan sebagai sumber mata okulasi dan sepertinya umur kebun entres bagi para praktisi bukan merupakan faktor penting dalam menghasilkan bibit klonal yang prima.
Hasil penelitian sampai dengan tanaman berproduksi mengenai umur KKO belum pernah dilakukan. Indraty (2000) menunjukkan bahwa keberhasilan okulasi, persentase tanaman yang melentis, serta besarnya sudut tunas okulasi pada umur 2 bulan setelah serong sangat dipegaruhi oleh umur kebun entres (Gambar 4 dan Tabel 2). Dari Gambar 4 diketahui bahwa semakin tua umur KKO, angka keberhasilan okulasi dan persentase tanaman yang melentis semakin rendah. Hal sebaliknya terjadi pada parameter sudut tunas okulasi (Tabel 2).
Berdasarkan peubah keberhasilan okulasi dan persentase tanaman yang melentis, tetapan umur 10 tahun untuk kebun entres nampaknya beralasan karena setelah umur tersebut kedua peubah tersebut diatas penurunannya semakin cepat. Penulis menduga bahwa walaupun dilakukan pemotongan di kebun entres (untuk rejuvinasi), semakin tua umur KKO, maka semakin menurun tingkat juvenilitas mata okulasi yang dihasilkan. Mungkin tinggi pemotongan dari permukaan/leher akar akan sangat berpengaruh terhadap juvenilitas mata yang dihasilkan. Pada kebun entres tinggi pemotongan batang entres biasanga adalah 60 cm, karena harus ditinggalkan tunas untuk pertumbuhan batang entres selanjutnya. Untuk mendapatkan tunas juvenil, kiranya ketinggian pemotongan dapat diturunkan menjadi 30 cm.
Besarnya sudut tunas yang terbentuk antara batang bawah dan batang atas juga menentukan ciri tanaman karet juvenil (Songquan, et al. 1990). Dikatakan bahwa tanaman yang berasal dari mata okulasi juvenil membentuk sudut tunas 300 (sudut lebih kecil), sedangkan tanaman yang berasal dari mata dewasa membentuk sudut tunas yang lebih lebar, yaitu 500 - 600.
Wiersum (1955) mengatakan bahwa tunas juvenil membentuk sudut pertumbuhan tunas yang tegak dan berwarna hijau kebiruan kelam. Sudut tunas yang lebih kecil pada tanaman yang diturunkan dari tunas juvenil juga dibuktikan oleh Sumarmadji dan Suhendry (2003). Sudut tunas yang lebih sempit (190 - 240) terlihat pada bibit yang mata tunasnya berasal dari batang tanaman semaian berumur < 10 bulan (masih termasuk fase juvenil).
Sedangkan sudut tunas tanaman yang diturunkan dari mata okulasi yang berasal dari kebun entres dan yang menggunakan mata tunas dari kebun produksi semaian (termasuk tunas dewasa) antara 390 - 480. Dari hasil peneltian Indraty (2000) juga terlihat bahwa setelah umur KKO 10 tahun, pertambahan sudut tunas tanaman semakin besar.
Dari Tabel 2 diketahui bahwa sampai dengan umur KKO 18 tahun, tinggi dan diameter tunas yang diukur pada umur 2 bulan setelah tanam di polibeg belum dipengaruhi oleh umur KKO. Tetapi pada umur KKO 22 tahun, tinggi tunas okulasi sudah nyata lebih kecil. Untuk mendapatkan kesimpulan yang pasti tentang pengaruh umur KKO terhadap pertumbuhan dan produksi karet, seyogianya pengamatan dilanjutkan sampai tanaman menghasilkan, tetapi sayang hal tersebut tidak dilakukan. Berapa besarnya sudut tunas yang terbentuk untuk termasuk kategori tanaman masih bersifat juvenil perlu ditetapkan melalui rangkaian penelitian.
Mempertahankan kebun entres maksimal berumur 10 tahun sebelum diremajakan, tidak semata-mata hanya berdasarkan pertimbangan juvenilitas tanaman, tetapi juga berdasarkan pertimbangan ditemukannya klon-klon unggul baru. Pada saat ini, pelepasan klon-klon unggul baru dilakukan pada periode yang lebih cepat yaitu setiap 3 tahun. Klon–klon lama tentunya dapat diremajakan dengan klon unggul baru yang potensi produksi lebih tinggi dan yang memiliki keunggulan lainnya seperti pertumbuhan jagur dll.
Pembahasan Materi Workshop Bahan Tanam Karet yang berkualitas.
Para pekebun sering mengabaikan mutu fisiologis mata okulasi yang digunakan. Sebagai contoh adalah pada kondisi dimana jumlah mata entres yang diambil dari kebun entres tidak mencukupi, maka entres akhirnya diambil dari cabang tanaman yang sudah menghasilkan (sering diistilahkan dengan tak ent). Jika entres (mata okulasi) diambil dari cabang tanaman komersil berumur ≥ 3 tahun, akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya lambat dan daya hasil rendah (Hadi, 2006).
Kebun Entres umur 5 tahun |
Disamping itu, tanaman akan cepat berbunga, sehingga pencapaian waktu matang sadap menjadi lebih lama. Fakta bahwa pada tanaman berumur 2,7 tahun di lapangan sudah berbunga telah pernah ditemui dalam hamparan luas di beberapa perkebunan besar. Ternyata setelah ditelusuri mata okulasi yang dipergunakan diambil dari tanaman produksi yang telah berumur 5-6 tahun (tipe dewasa). Tanaman tersebut baru dapat disadap setelah umur 5-5,5 tahun (terlambat 1-1,5 tahun).
Umur tanaman sebagai sumber entres juga sering diabaikan, padahal faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman yang dihasilkan (Liu et al.,1990). Bertambah tua tanaman entres, maka kemampuan tumbuh dan laju pertumbuhan tunas yang diambil dari entres tersebut akan berkurang. Dikatakan bahwa mata okulasi yang diambil dari pohon entres tua sudah termasuk tunas (mata okulasi) dewasa, dimana stadium ini ditandai oleh mundurnya kemampuan/daya tumbuh tanaman (Isbandi, 1993).
Di dalam makalah ini diuraikan :
- pertumbuhan dan produksi bibit karet klonal yang bersifat juvenil
- tingkat juvenilitas kebun entres dan
- pembangunan/ pemeliharaan kebun entres.
Uraian tersebut diatas bertujuan agar diperoleh bahan tanam yang prima dan produksi sesuai dengan potensi klonnya.
Pada topik kali ini, dibahas mengenai tingkat juvenilitas dan kemampuan recovery dan pertumbuhan kebun entres setelah rejuvinasi.
Tingkat Juvenilitas Kebun Entres
Kebun entres adalah kebun yang ditujukan untuk menghasilkan mata okulasi dari klon-klon yang telah dihasilkan. Sementara klon adalah kumpulan individu yang mempunyai genotipe sama dan berasal dari satu pohon induk (Hartman and Kester. 1976). Tanaman asal biji (hasil persilangan yang telah teruji potensi produksi dan sifat sekunder lainnya) yang menghasilkan tanaman klonal disebut induk klon (ortet).
Mata Entres sehat |
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah mata okulasi yang diambil dari kebun entres tersebut masih bersifat juvenil?.
Melihat tahap awal proses pembangunan kebun entres untuk klon-klon unggul, maka mata okulasi yang diambil dari kebun entres umumnya sudah menurun tingkat juvenilitasnya atau termasuk tipe dewasa (Hui Yuan et al. 1998, Songquan et al.1990, Marattukalam dan Saraswathyamma, 1992 dalam Hadi dan Setiono, 2006). Hal ini beralasan karena mata okulasi yang pertama kali diambil dari tanaman F1 adalah dari batang bagian atas pada tanaman biji yang sudah berumur 3-4 tahun dan pada tanaman karet sudah termasuk tanaman dewasa. Dengan demikian perbanyakan tanaman karet mempergunakan entres tersebut akan menghasilkan bibit klonal tipe dewasa. Kalau demikian halnya, maka pastilah produksi tanaman yang mata okulasinya diambil dari kebun entres akan lebih rendah dibandingkan dengan produksi pohon induknya (ortet), sebagaimana telah dibuktikan para peneliti terdahulu. Salah satu penyebab belum tercapainya potensi produksi klon adalah karena penggunaan mata okulasi yang sudah memasuki tipe dewasa.
Rejuvinasi Kebun Entres
Usaha-usaha untuk merubah tanaman dewasa agar tumbuh dengan karakter muda (juvenil) disebut dengan rejuvinasi.
Rejuvinasi pada kebun entres mutlak dilakukan untuk mendapatkan mata okulasi yang prima. Hal tersebut dapat dilakukan dengan :
- Menggunakan mata okulasi yang bersifat juvenil dan batang bawah yang muda (berumur s.d 6 bulan) sebagai bahan tanam untuk kebun entres (Wiersum, 1955 dalam Darmandono. 1993). Tunas juvenil dari tanaman ortet yang telah berumur dewasa dapat diperoleh dengan cara melakukan pemotongan batang dekat leher akar. Tunas yang tumbuh dari bagian leher akar tanaman ortet menunjukkan karakter juvenil (Wiersum, 1955 dalam Darmandono. 1993). Sebaiknya di dalam program pemuliaan tanaman, supaya kebun entres yang dihasilkan bersifat juvenil, mata yang diambil adalah mata okulasi dari tunas juvenil setelah pemotongan batang tanaman ortet tersebut.
- Penggunaan batang bawah yang muda juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil okulasi yang bersifat juvenil (Isbandi,1983). Karena telah dibuktikan bahwa ada translokasi substansi tertentu dari batang bawah ke batang atas atau sebaliknya (Songquan et al.1990;Toruan-Mathius et al. 2000), maka diduga ada translokasi substansi penyebab juvenilitas yang ada pada batang bawah ke batang atas, sehingga dapat memperbaiki tingkat juvenilitas klon yang dihasilkan. Sampai sekarang belum terbukti jenis substansi apa penyebab juvenilitas tersebut, tetapi banyak menduga bahwa substansi tersebut adalah kelompok hormon tumbuh endogen.
- Memangkas tanaman entres secara rutin juga merupakan usaha rejuvinasi (Isbandi, 1983) Seringkali ditemui di lapangan bahwa kebun entres yang belum digunakan dibiarkan terus tumbuh sampai fase dewasa. Untuk mendapatkan tunas juvenil, sebaiknya kebun entres selalu dipangkas walaupun entresnya belum dipergunakan.
Kebun Entres Umur 10 tahun |
Pada umur berapa kebun entres diremajakan untuk mempertahankan mutu mata okulasi yang dihasilkan?.
Pertanyaan seperti itu sering dilontarkan oleh para pekebun. Direktorat Jenderal Perkebunan (1995) menganjurkan agar kebun entres dipertahankan maksimal sampai dengan umur 10 tahun dan setelah itu harus dibongkar untuk diremajakan dengan klon-klon unggul baru. Walaupun sudah ada anjuran tersebut, pada kenyataannya, sering ditemui baik itu di perkebunan besar negara, swasta maupun rakyat, bahwa kebun entres yang berumur lebih dari 10 tahun masih dijadikan sebagai sumber mata okulasi dan sepertinya umur kebun entres bagi para praktisi bukan merupakan faktor penting dalam menghasilkan bibit klonal yang prima.
Hasil penelitian sampai dengan tanaman berproduksi mengenai umur KKO belum pernah dilakukan. Indraty (2000) menunjukkan bahwa keberhasilan okulasi, persentase tanaman yang melentis, serta besarnya sudut tunas okulasi pada umur 2 bulan setelah serong sangat dipegaruhi oleh umur kebun entres (Gambar 4 dan Tabel 2). Dari Gambar 4 diketahui bahwa semakin tua umur KKO, angka keberhasilan okulasi dan persentase tanaman yang melentis semakin rendah. Hal sebaliknya terjadi pada parameter sudut tunas okulasi (Tabel 2).
Besarnya sudut tunas yang terbentuk antara batang bawah dan batang atas juga menentukan ciri tanaman karet juvenil (Songquan, et al. 1990). Dikatakan bahwa tanaman yang berasal dari mata okulasi juvenil membentuk sudut tunas 300 (sudut lebih kecil), sedangkan tanaman yang berasal dari mata dewasa membentuk sudut tunas yang lebih lebar, yaitu 500 - 600.
Wiersum (1955) mengatakan bahwa tunas juvenil membentuk sudut pertumbuhan tunas yang tegak dan berwarna hijau kebiruan kelam. Sudut tunas yang lebih kecil pada tanaman yang diturunkan dari tunas juvenil juga dibuktikan oleh Sumarmadji dan Suhendry (2003). Sudut tunas yang lebih sempit (190 - 240) terlihat pada bibit yang mata tunasnya berasal dari batang tanaman semaian berumur < 10 bulan (masih termasuk fase juvenil).
Sedangkan sudut tunas tanaman yang diturunkan dari mata okulasi yang berasal dari kebun entres dan yang menggunakan mata tunas dari kebun produksi semaian (termasuk tunas dewasa) antara 390 - 480. Dari hasil peneltian Indraty (2000) juga terlihat bahwa setelah umur KKO 10 tahun, pertambahan sudut tunas tanaman semakin besar.
Dari Tabel 2 diketahui bahwa sampai dengan umur KKO 18 tahun, tinggi dan diameter tunas yang diukur pada umur 2 bulan setelah tanam di polibeg belum dipengaruhi oleh umur KKO. Tetapi pada umur KKO 22 tahun, tinggi tunas okulasi sudah nyata lebih kecil. Untuk mendapatkan kesimpulan yang pasti tentang pengaruh umur KKO terhadap pertumbuhan dan produksi karet, seyogianya pengamatan dilanjutkan sampai tanaman menghasilkan, tetapi sayang hal tersebut tidak dilakukan. Berapa besarnya sudut tunas yang terbentuk untuk termasuk kategori tanaman masih bersifat juvenil perlu ditetapkan melalui rangkaian penelitian.
Mempertahankan kebun entres maksimal berumur 10 tahun sebelum diremajakan, tidak semata-mata hanya berdasarkan pertimbangan juvenilitas tanaman, tetapi juga berdasarkan pertimbangan ditemukannya klon-klon unggul baru. Pada saat ini, pelepasan klon-klon unggul baru dilakukan pada periode yang lebih cepat yaitu setiap 3 tahun. Klon–klon lama tentunya dapat diremajakan dengan klon unggul baru yang potensi produksi lebih tinggi dan yang memiliki keunggulan lainnya seperti pertumbuhan jagur dll.
Pembahasan Materi Workshop Bahan Tanam Karet yang berkualitas.
0 Response to "Kapan saat yang tepat untuk Peremajaan Kebun Entres Karet Berdasarkan Tingkat Juvenilitas dan Kemampuan recovery setelah Rejuvinasi "
Post a Comment