Tanaman Hias Bergetah Sukulen, Patah Tulang Pencil Tree Milkbush Finger Tree Euphorbia tirucalli
Patah Tulang Pencil Tree Milkbush Finger Tree
Euphorbia tirucalli
Euphorbia tirucalli
Nama Populer :
Patah
Tulang Pencil Tree Milkbush Finger Tree
Nama Latin : Euphorbia tirucalli
Family :
Euphorbiaceae
Origin - Daerah Asal : Afrika Timur, Afrika Selatan
Letak Landscape : Halaman Depan, teras, Pot
Tipe Tanaman Hias : Tanaman Sukulen, Cactus, kaktus
Propagasi perbanyakan : Stek, Biji
Media Tanah : Campuran Tanah Kebun, pasir
malang, Kompos
Perlakuan khusus : Pemupukan
Euphorbia tirucalli
Tanaman Patah Tulang Pencil Tree Milkbush Finger
Tree atau Euphorbia tirucalli merupakan tanaman hias sekaligus tanaman
yang berkhasiat sebagai obat.
Tanaman Patah Tulang biasanya tumbuh hingga 2 – 5 meter.
Seringkali ditanam sebagai pagar atau di pot besar.
Daun berbentuk unik dengan ukuran kecil sekitar 7 – 25 mm
dengan bentuk panjang panjang seperti pecsil sehingga disebut Pencil tree.
Daun tanaman ini cepat rontok dan berukuran sangat kecil
sehingga jarang sekali dijumpai tanaman patah tulang yang berdaun.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dengan puluhan
batang benang sari tang menjulur keluar.
Batangnya berbentuk silinder mirip puluhan pensil yang
diangkai menjadi pohon dengan bentuk tidak beraturan.
Tanaman ini sering dimanfatkan sebagai obat rematik alias
sakit dan nyeri tulang, makanya disebut patang tulang, sakit lambung, wasir
atau nyeri syaraf.
Getah tanaman dapat menyebabkan dermatitis dan bila terkena
mata dapat menyebabkan kebutaan sementara selama beberapa hari.
Baca juga : Kaktus Ekor Keledai, Sedum morganianum E Walther
Patah tulang (Euphorbia
tirucalli) Bahasa Sanskerta saptala, satala, Marathi: sher-kandvel, Sunda:
susuru, Jawa: kayu urip, pacing tawa, tikel balung, Madura: kayu jaliso, k.
leso, k. langtolangan, k. tabar, Kangean: kayu potong[3]) adalah perdu yang
tumbuh di wilayah iklim tropis semi-arid.
Patah tulang adalah tumbuhan
perdu yang tumbuh tegak. Tingginya adalah 2-6 m dengan pangkal berkayu,
bercabang banyak, dan bergetah seperti susu yang beracun.
Tumbuhan ini memiliki ranting
yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna
hijau. Setelah tumbuh sejengkal, akan bercabang dua yang letaknya melintang,
demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah.
Daunnya jarang,
berselang-seling,[5] terdapat pada ujung ranting yang masih muda, dan berukuran
kecil-kecil. Berbentuk lanset, panjangnya 7-22 mm, dan cepat rontok.
Penumpu daun yang sangat kecil
berkelenjar dan berbulu halus terletak pada bagian bawah daun.
Bunganya uniseksual, tersusun
dalam mangkuk, warnanya kuning kehijauan, dan keluar dari ujung ranting.
Biasanya, tumbuhan ini lebih
banyak menghasilkan bunga jantan ketimbang bunga betina. Patah tulang berbunga
pada bulan Oktober dan berbuah pada November-Desember dan penyerbukan dilakukan
oleh serangga.
Hama dan penyakit tanaman, Tumbuhan
patah tulang punya kecenderungan untuk tidak diserang penyakit karena getahnya
yang beracun. Namun, dilaporkan ada beberapa hama yang menyerang patah tulang,
yakni Meloidogyne incognita, Cuscuta spp. dan Botrytis spp. Tercatat, Botrytis
spp. menyebabkan batang dan akar membusuk sewaktu kondisi panas dan lembap.
Selain itu, gabungan antara Meloidogyn spp. dan Botrytis spp. menyebabkan dapat
merusak tumbuhan dalam waktu singkat
Zat obat dari herba ini adalah
glikosid, sapogenin, terpenoid, dan asam ellaf.
Tumbuhan ini juga digunakan untuk
meracuni ikan sehingga mudah didapat.
Minyak yang didapatkan dari
getahnya tampaknya bermanfaat untuk pemanfaatan pada linoleum, jas kain minyak
dan industri kulit sandang. Kayu keras, putih, serat kayu yang padat dari
tumbuhan patah tulang ini digunakan untuk kasok, mainan dan melapisi dengan
lapisan kayu halus. Hasil arangnya cocok untuk digunakan sebagai bubuk mesiu.
Di Jawa, beberapa penulis
mencatat tapal dari batang atau kulitnya dapat dipergunakan untuk menyembuhkan
patah tulang dan menyembuhkan penyakit kulit. Selain itu, getah patah tulang
juga dapat mengeluarkan duri yang yang tertancap dan gabungan antara umbi
gadung cina dan buah gondang serta getah dari tumbuhan patah tulang ini dapat
menyembuhkan frambusia.
Tumbuhan patah tulang juga disebut
oleh Hartwell (1969) digunakan sebagai penyembuhan tradisional untuk kanker,
tumor, kapalan, dan kutil di Brasil, India, Malaya, dan Indonesia. Akarnya
dapat digunakan untuk mengeluarkan bisa ular, di Maluku dan Malabar, tumbuhan
ini dapat digunakan untuk merangsang muntah dan antisipilis.
Sementara, Suku Kulawi di
Sulawesi Tengah memanfaatkan daun dari tumbuhan ini sebagai diuretik (peluruh
air seni), sementara getahnya dapat menyembuhkan sakit gigi.
Getahnya sangat beracun,
ko-karsinogenik, seperti sesuru yang satu genus dengannya. Walau demikian,
getah dari sesuru mengandung zat lain, yaitu 3-0-angeloylingenol.
Apabila memerciki mata, dapat
menyebabkan kebutaan, iritasi, dan merangsang muntah apabila tertelan.
Getah dari tumbuhan ini juga
dapat dijadikan insektisida layaknya mindi kecil.
Patah tulang juga dikenal beracun
untuk nematoda dan efektif pula terhadap larva Aedes aegypti dan Culex
quinquefasciatus, sehingga tidak salah ranting patah tulang yang sudah kering
bisa digunakan untuk mengusir nyamuk.
Kemudian, dapat juga mematikan
bakteri Staphlococcus aureus, moluska Lymneae natalensis dan Biomphalaria
gabrata.
Apabila getah tumbuhan ini
memerciki mata, basuhlah mata yang diperciki dengan air dingin selama kurang
lebih 15 menit dan ulangi lagi beberapa menit. Carilah bantuan medis apabila
tidak ada bantuan lain. Selain itu pula, air kelapa atau santan bisa juga
digunakan untuk membasuh mata yang terpercik oleh getah dari tumbuhan ini.
Apabila tertelan, dapat
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mulut, dan bibir.
Euphorbia tirucalli |
Information
Broken bones (Euphorbia tirucalli) Sanskrit saptala, satala, Marathi:
sher-kandvel, Sundanese: susuru, Javanese: urip wood, laughter pacing, balloon
tikel, Madura: jaliso wood, k. leso, k. langtolangan, k. tabar, Kangean: cut
wood [3]) is a shrub that grows in the semi-arid tropical climate.
Broken bones are shrubs that grow upright. Its height is 2-6 m with a
woody base, many branches, and gummy like poisoned milk.
This plant has round cylindrical branches in the form of a pencil,
smooth longitudinal grooves, and green. After growing an inch, it will divide
in a two position across, and so on so that it looks like a broken branching.
The leaves are sparse, criss-crossed, [5] found on the tips of young,
small branches. It is lancet shaped, 7-22 mm in length, and falls out quickly.
A very small leaf-bearing gland and downy is located at the bottom of
the leaf.
The flowers are unisexual, arranged in a bowl, the color is greenish
yellow, and comes out from the end of the branch.
Usually, these plants produce more male flowers than female flowers.
Broken bones flower in October and bear fruit in November-December and
pollination is carried out by insects.
The medicinal substances of this herb are glycosides, sapogenin,
terpenoids, and ellaf acids.
This plant is also used to poison fish so it is easy to obtain.
The oil obtained from the sap appears to be beneficial for use in
linoleum, oilcloth suits and the leather clothing industry. Hard wood, white,
solid wood fibers from broken bones plants are used for kasok, toys and coating
with a layer of fine wood. The results of the charcoal are suitable for use as
gunpowder.
In Java, some authors note that poultices from the trunk or skin can be
used to heal broken bones and cure skin diseases. In addition, broken bone gum
can also remove thorns that are embedded and a combination of Chinese yam
tubers and gondang fruit and the sap from this fracture plant can cure yaws.
Plant fractures also referred to by Hartwell (1969) are used as
traditional cures for cancer, tumors, calluses, and warts in Brazil, India,
Malaya, and Indonesia. The root can be used to remove snake venom, in Maluku
and Malabar, this plant can be used to stimulate vomiting and antiphilis.
Meanwhile, the Kulawi tribe in Central Sulawesi utilizes the leaves of
this plant as a diuretic (urine decay), while the sap can cure toothache.
The sap is very poisonous, co-carcinogenic, as is the same genus.
However, the sap from one side contains another substance, namely
3-0-angeloylingenol.
Sprinkling the eyes can cause blindness, irritation, and stimulate
vomiting if swallowed.
The sap from this plant can also be used as an insecticide like a small
mind.
Broken bones are also known to be poisonous for nematodes and also
effective against Aedes aegypti larvae and Culex quinquefasciatus, so it is not
wrong to have a branch of broken bone that can be used to repel mosquitoes.
Then, it can also kill the bacteria Staphlococcus aureus, mollusk
Lymneae natalensis and Biomphalaria gabrata.
If the sap of this plant
sprinkles the eyes, wash the eyes that are sprinkled with cold water for about
15 minutes and repeat a few minutes. Seek medical assistance if there is no
other assistance. In addition, coconut water or coconut milk can also be used
to wash the eyes that are splattered by the sap from this plant.
If swallowed, it can cause a burning sensation on the tongue, mouth and
lips.
0 Response to "Tanaman Hias Bergetah Sukulen, Patah Tulang Pencil Tree Milkbush Finger Tree Euphorbia tirucalli"
Post a Comment