PEMBIBITAN KAKAO Theobroma cacao DENGAN BAHAN TANAM VEGETATIF
Management Pembibitan Kakao dari Bahan Tanam Vegetatif
Di Artikel sebelumnya, sudah dibahas mengenai Pembibitan Kakao dari Benih alias Generatif. Kali ini saya akan membahas Pembbitan Kakao dari Bahan Tanam Vegetatif.
Metode Pembibitan Kakao alias Coklat dengan Bahan Tanam Vegetatif dikenal ada 4 yang sering diaplikasikan :
1. Sambung Pucuk (Grafting)
2. Sambung Mata (Okulasi)
3. Stek
4. Somatic Embrio Genesis melalui Kultur Jaringan.
Sebelum membahas lebih jauh, apa sih yang dinamakan perbanyakan vegetatif itu. Berikut ada beberapa
definisi yang sebaiknya dimengerti sebelum bercerita lebih lanjut.
Pembibitan dimulai dari Bahan Tanam, yaitu materi genetik yang akan digunakan untuk perbanyakan
tanaman. Sedangkan Perbanyakan
vegetatif adalah perbanyakan bibit Kakao dengan menggunakan bagian
vegetatif
tanaman baik dengan grafting, okulasi, stek maupun Somatic embriogenesis.
Selanjutnya dikenal dengan bibit klonal yaitu bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif dan pembibitan
dilakukan dengan sambung pucuk dan okulasi dengan bahan entress dari kebun
entress yang sudah
memenuhi syarat sebagai kebun entress.
Satu lagi yang namanya keren Bibit Somatic Embriogenesis adalah bibit yang
berasal dari perbanyakan
vegetatif dengan metode kultur jaringan.
Berikut ini tahapan dari masing masing metode pembibitan melalui perbanyakan vegetatif yang intinya
adalah Menghasilkan bibit Kakao dengan kualitas standar yang unggul untuk
program penanaman Kakao
dan memberikan tahapan yang benar dalam produksi bibit Kakao
dari bahan tanam vegetatif.
Pelaksanaan Tahapan dan Proses yang benar dalam pembibitan menjadi kunci dalam memproduksi Bibit
yang unggul dan berkualitas prima dari segi fisik dan ketahanan terhadap hama dan penyakit serta mampu
berproduksi yang optimal.
Baca Juga : Hama dan Penyakit Tanaman Kakao1. Sambung Pucuk (Grafting)
a)
Batang atas (entress)
i)
Diperoleh dari penangkar yang mempunyai kebun entress dari klon unggul sesuai yang
ditetapkan oleh kementerian atau Dinas Perkebunan.
ii) Entress
merupakan cabang plagiotrop yang sehat dan tidak bertunas (flush), warna hijau
kecoklatan dan diameter ± 1 cm.
iii)
Entress
berasal dari klon unggul seperti ICS 60, TSH 858, UIT 1, ICS 13 dan GC 7.
b) Batang
Bawah
i)
Batang
bawah berasal dari bibit yang berasal dari persemaian benih
ii)
Batang
bawah berasal dari bibit yang sudah berumur 3 – 4 bulan
c) Pelaksanaan
Sambung Pucuk
i) Batang
bawah dipotong datar dengan menyisakan 4-6 helai daun kemudian bagian yang
dipotong disayat vertikal dengan pisau tajam sepanjang 3-5 cm.
ii) Entress
dipersiapkan dengan cara memotong motong menjadi 2 – 3 mata tunas untuk setiap
proses sambung pucuk.
iii)
Batang
entress yang sudah siap, pangkal entress disayat kedua sisinya sehingga
berbentuk pipih dan runcing seperti
baji.
iv) Batang
entress yang sudah dipersiapkan dan sudah disayat selanjutnya disisipkan pada
belahan batang bawah sampai bertaut dengan sempurna di kedua sisinya sehingga
kambium batang atas dan kambium batang bawah melekat .
v) Selanjutnya
pertautan antara batang atas dan batang bawah diikat erat dengan tali dan
batang entress dibungkus dengan plastik benjaga kelembaban udara.
vi) Setelah
10 – 15 hari sejak penyambungan diamati dan dilihat apakah sambungan hidup atau
mati.
vii)
Sambungan
hidup ditandai dengan munculnya tunas baru.
viii)
Panjang
tunas dibiarkan sampai ± 2 cm kemudian sungkup dibuka tanpa melepas tali ikatan
pertautan
ix) Tali
pertautan dipertahankan sampai pertautan batang atas dan batang bawah diyakini
sudah sempurna atau sekitar 3 bulan.
x)
Keterlambatan
membuka tali pertautan berakibat fatal sebab dapat menyebabkan batang atas
terkerat oleh tali dan bisa patah.
xi)
Sambungan
yang gagal atau mati, bibit batang bawah dapat disambung kembali hingga
beberapa kali selama batang bawah masih meiliki daun minimal dua helai
xii)
Bibit
siap tanam pada saat umur 3 -4 bulan setelah penyambungan atau berumur 7 bulan
sejak penyemaian dengan kriteria :
·
Tinggi
35-50 cm
·
Diameter
batang 2.5 – 5 ml
·
Jumlah
daun 4-8 helai
·
Bebas
hama dan penyakit
Bibit kakao dengan metode Sambung Pucuk - Grafting |
Bibit Siap Tanam dari Sambung Pucuk |
a)
Batang atas (entress)
a) Diperoleh dari penangkar yang mempunyai kebun entress dari klon unggul sesuai yang
ditetapkan oleh kementrian atau Dinas Perkebunan.
b) Entress
merupakan cabang ortotrop atau cabang plagiotrop dari klon unggul seperti ICS
60, TSH 858, UIT 1, ICS 13 dan GC 7.
b)
Batang Bawah
a)
Batang
bawah berasal dari bibit yang berasal dari persemaian benih
b)
Batang
bawah berasal dari bibit yang sudah berumur 5 – 6 bulan
c)
Pelaksanaan Sambung mata
a) Entress
yang berasal dari tunas plagiotrop yang sehat dan tidak bertunas (flush), warna
hijau kecoklatan dengan diameter ± 1 cm.
b) Peletakan
tempelan mata tunas sedapat mungkin di bagian hipokotil
xiii)
Jendela
okulasi dibuat dengan cara menoreh kulit secara vertikal sejajar sepanjang ± 3
cm dan jarak antar torehan ± 0,8 cm.
xiv)
Di
ujung bagian bawah torehan dipotong horizontal sehingga membentuk lidah kecil.
xv)
Ukuran
potongan mata tunas diusahakan sama dengan ukuran jendela okulasi.
xvi)
Mata
tunas entress disisipkan ke dalam jendela dari bawah dan selanjutnya lidah
kulit ditutupkan dan diikat erat dengan tali
xvii) Pengikatan dari bawah ke atas dengan bentuk seperti
susunan genting
xviii)
Pengamatan
keberhasilan okulasi dilakukan saat umur okulasi 3 – 4 minggu setelah okulasi
dengan cara membuka tali dan memotong lidah kulit.
xix)
Okulasi
yang jadi ditandai dengan mata tunas masih tetap hijau dan okulasi yang gagal
atau mati ditandai mata tunas yang berwarna hitam dan kering.
xx)
Batang
bawah kemudian dilengkungkan untuk memacu pertumbuhan tunas baru, kemudian
dipotong setelah tunas baru memiliki sekitar 6 helai daun
xxi)
Bibit
yang diokulasi siap dipindahkan ke plantation setealh berumur 8-9 bulan
xxii) Ciri bibit okulasi yang siap tanam adalah
·
Diameter
batang > 7 ml
·
Panjang
tunas > 50 cm
·
Jumlah
daun ≥ 12 helai
Bibit Kakao Sambung Mata - okulasi |
3. Setek
a)
Bahan stek
a) Pohon
induk harus dari pohon yang jelas identitasnya, sehat dan tumbuh kuat
b) Bahan
stek berupa cabang plagiotrop semi hardwood dengan tanda permukaan bawah cabang
berwarna hijau, permukaan atas berwarna coklat dan cabang tidak bertunas
(flush)
c) Cabang
cabang untuk stek dipotong pada pagi jam 09.00 – 11.00, dan dikumpulkan dalam
bak plastik berisi air serta pangkal stek tercelup ke air.
b)
Penyetekan
a) Daun
bahan stek dikupir 1/3 bagian dan setiap stek dipotong dengan memiliki 5 ruas dan
2-3 helai daun.
b)
Media
penyetekan terlebih dahulu disterilkan dengan fumigan seperti Furadan 3 G atau
Vapam 2% dengan dosis 5 liter per 1 m3 media.
c)
Media
yang sudah diaplikasika fumigan ditutup plastik selama 3 hari dan setealah 3
hari penutup plastik dibuka untuk diaduk sampai rata dan disiram air.
d)
Sebagai
hormon perangsang perakaran disiapkan zat pengatur tumbuh seperti IBA (Indole
Butyric Acid) dengan dosis 3.000 ppm dalam pelarut ethanol 50%.
e)
Pangkal
bahan stek disayat miring kemudian dicelupkan ke larutan IBA selama 10 detik
dan selanjutnya langsung ditanam.
f)
Stek
ditanam dengan jarak tanam 3 x 5 cm.
g)
Stek
ditanam miring ke barat dengan permukaan daun menghadap ke timur.
h)
Selanjutnya
stek yang sudah ditanam, disiram dengan sprayer dan ditutup dengan plastik
sungkup transparan selama 3 minggu.
i)
Setelah
3 minggu plastik sungkup dibuka dan stek yang berakar ditanam di polibag yang
sudah dipersiapkan.
j)
Stek
yang tidak berakar dianggap afkir dan dimusnahkan.
k) Pembesaran
stek di polibag dipelihara selama 6 bulan sampai menjadi Bibit siap tanam. .
a)
Bahan tanam
a)
Bibit
SE atau Planlet diperoleh dari Pusat
Penelitian Kopi dan kakao Jember
b)
Planlet
dikirim dalam bentuk Bibit Cabutan yang siap ditransplanting ke polibag
c)
Kemasan
Planlet dibuat khusus dan dilengkapi label dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
dengan jelas.
b)
Penanaman Planlet
a)
Setelah
Planlet diterima dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dipastikan
ditempatkan di tempat yang teduh dan segera ditanam.
b)
Sebelum
membuka kemasan, pastikan semua sarana penanaman mulai dari polibag ukuran
minimal 12 x 20 cm ketebalan 0,5 mm terisi media, plastik sungkup dan peralatan
sudah siap serta tenaga kerja transplanting.
c)
Kemasan
dibuka satu persatu sesuai klon dan segera ditransplanting ke polibag.
d)
Sebelum
proses penanaman,
i)
polibag
terisi media disiram sampai basah dan
ii)
dibuat
lubang tanam dengan tugal
iii)
Akar
yang terlalu panjang dipotong dan disisakan sekitar 15 cm.
iv) Planlet
ditanam satu persatu dengan menekan pinggir planlet supaya media menyatu dengan
akar.
e)
Setelah
proses transplanting selesai dilakukan penyiraman kembali dan penyemprotan
fungisida Media penyetekan dengan dosis 2%
f)
Bedeng
yang sudah selesai proses transplanting, selanjutnya disungkup dengan plastik
transparan dan disegel dan dibiarkan sampai umur 21 hari.
g)
Penyungkupan
mutlak harus dilakukan karena tahap ini adalah tahap yang paling kritis untuk
proses recovery planlet.
h)
Tahapan
yang harus diperhatikan
i)
Persiapan
kerangka sungkup
ii)
Pemasangan
kerangka sungkup
iii)
Pemasangan
sungkup
iv)
Penyegelan
sungkup
i)
Setelah
proses hari ke 21 penyungkupan, mulai dilakukan pembukaan sebagai bagian dari
proses aklimatisasi dimulai pagi hari seperti berikut :
i)
Hari
ke 22 dibuka selama 1 jam di bagian ujung sungkup
ii)
Hari
ke 23 dibuka selama 2 jam di bagian ujung sungkup
iii)
Hari
ke 24 dibuka selama 3 jam di bagian ujung sungkup
iv)
Hari
ke 25 dibuka selama 1 jam, setengah lebar sungkup
v)
Hari
ke 26 dibuka selama 2 jam, setengah lebar sungkup
vi)
Hari
ke 27 dibuka selama 3 jam, setengah dari lebar sungkup
vii)
Hari
ke 28 – 29 sungkup dibuka keseluruhan dan sebaiknya dimulai sore hari sampai
jam 7 pagi kemudian ditutup lagi
viii)
Hari
ke 30, sungkup dibuka semua sampai bibit siap tanam
m)
Kriteria
bibit siap tanam dari bahan tanam SE adalah :
i)
Kondisi
bibit sehat
ii)
Umur ±
4 bulan
iii)
Jumlah
daun > 8 helai
iv)
Tinggi
bibit > 20 cm
v)
Bibit
tidak dalam kondisi bertunas (flush)
Bibit Kakao dari Somatic Embrio Genesis |
0 Response to "PEMBIBITAN KAKAO Theobroma cacao DENGAN BAHAN TANAM VEGETATIF"
Post a Comment