Pohon Angsana Pterocarpus indicus, Alias Sono Kembang
Pterocarpus indicus
Angsana
Angsana atau sonokembang (Pterocarpus indicus) adalah sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan dikelompokkan sebagai narra atau rosewood.
Pohon, yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40m dan gemang mencapai 350cm. Batang sering beralur atau berbonggol; biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai.
Kuat dan awet, serta tahan cuaca, kayu sonokembang (narra) dapat digunakan dalam konstruksi ringan maupun berat. Dalam bentuk balok, kasau, papan dan panil kayu yang lain untuk rangka bangunan, penutup dinding, tiang, pilar, jembatan, bantalan rel kereta api, kayu-kayu penyangga, untuk konstruksi perairan bahari dan lain-lain.
Warna dan motif serat kayunya yang indah kemerah-merahan, menjadikan kayu sonokembang sebagai kayu pilihan untuk pembuatan mebel, kabinet berkelas tinggi, alat-alat musik, lantai parket, panil kayu dekoratif, gagang peralatan, serta untuk dikupas sebagai venir dekoratif untuk melapisi kayu lapis dan meja berharga mahal. Sifat kembang susutnya yang rendah setelah kering, menjadikan kayu ini cocok untuk pembuatan alat-alat yang membutuhkan ketelitian.
Batang yang terserang penyakit sehingga berkenjal (monggol) menghasilkan kayu yang kuat dan bermotif bagus, yang terkenal sebagai “amboyna”.Istilah ini berasal dari nama tempat Ambon, yang pada masa silam banyak mengeluarkan kayu termaksud yang diperdagangkan sebagai linggua, kayu buku atau kayu akar (wortelhout). Namun sebenarnya kayu berpenyakit ini, yang serupa dengan kayu gembol pada pohon jati, terutama dihasilkan oleh wilayah timur Pulau Seram.
Getah yang keluar dari pepagan akan mengental dan berwarna merah gelap/merah darah, yang disebut kino atau sangre de drago (darah naga), dan memiliki daya obat (astringensia).
Angsana or sonokembang (Pterocarpus indicus) is a kind of high-quality wood-producing tree from the Fabaceae tribe (Leguminosae, legumes). The wood is hard, reddish, and quite heavy, which in trade is classified as narra or rosewood.
The tree, which sometimes becomes a jungle giant, is up to 40m tall and has a height of 350cm. Stems often grooved or tuberous; usually with root boards (buttresses). A dense canopy similar to a dome, with branches ducking close to the ground. Pepagan (bark) brownish gray, breaking or similar to fine scales, secretes reddish lymph when injured.
Strong and durable, and weather resistant, sonokembang wood (narra) can be used in both light and heavy construction. In the form of blocks, rafters, boards and other wood panels for building frames, wall coverings, poles, pillars, bridges, railroad pads, wooden supports, for marine waters construction and others.
The beautiful reddish color and motif of wood fiber, making sonokembang wood as the wood of choice for furniture making, high-class cabinet, musical instruments, parquet flooring, decorative wood paneling, tool handles, and for peeling as decorative veneers for coating plywood and expensive tables. Low shrinkage properties after drying, making this wood suitable for manufacturing tools that require accuracy.
Stem that is attacked by disease so berkenjal (monggol) produces strong and well-patterned wood, which is known as "amboyna". This term comes from the Ambon place name, which in the past many issued the intended wood which was traded as linggua, book wood or root wood (carrot). But actually this diseased wood, which is similar to gembol on teak trees, is mainly produced by the eastern part of Seram Island.
The sap that comes out of the pepagan will thicken and become dark red / blood red, called kino or sangre de drago (dragon's blood), and has medicinal power (astringensia)
#Angsana
#SonoKembang
#Pterocarpus indicus
#Narra
#rosewood
#amboyna
#KebunRayaBogor
Angsana
Pterocarpus indicus |
Pohon, yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40m dan gemang mencapai 350cm. Batang sering beralur atau berbonggol; biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai.
Pterocarpus indicus |
Warna dan motif serat kayunya yang indah kemerah-merahan, menjadikan kayu sonokembang sebagai kayu pilihan untuk pembuatan mebel, kabinet berkelas tinggi, alat-alat musik, lantai parket, panil kayu dekoratif, gagang peralatan, serta untuk dikupas sebagai venir dekoratif untuk melapisi kayu lapis dan meja berharga mahal. Sifat kembang susutnya yang rendah setelah kering, menjadikan kayu ini cocok untuk pembuatan alat-alat yang membutuhkan ketelitian.
Batang yang terserang penyakit sehingga berkenjal (monggol) menghasilkan kayu yang kuat dan bermotif bagus, yang terkenal sebagai “amboyna”.Istilah ini berasal dari nama tempat Ambon, yang pada masa silam banyak mengeluarkan kayu termaksud yang diperdagangkan sebagai linggua, kayu buku atau kayu akar (wortelhout). Namun sebenarnya kayu berpenyakit ini, yang serupa dengan kayu gembol pada pohon jati, terutama dihasilkan oleh wilayah timur Pulau Seram.
Pterocarpus indicus |
Getah yang keluar dari pepagan akan mengental dan berwarna merah gelap/merah darah, yang disebut kino atau sangre de drago (darah naga), dan memiliki daya obat (astringensia).
Pterocarpus indicus |
The tree, which sometimes becomes a jungle giant, is up to 40m tall and has a height of 350cm. Stems often grooved or tuberous; usually with root boards (buttresses). A dense canopy similar to a dome, with branches ducking close to the ground. Pepagan (bark) brownish gray, breaking or similar to fine scales, secretes reddish lymph when injured.
Strong and durable, and weather resistant, sonokembang wood (narra) can be used in both light and heavy construction. In the form of blocks, rafters, boards and other wood panels for building frames, wall coverings, poles, pillars, bridges, railroad pads, wooden supports, for marine waters construction and others.
Pterocarpus indicus |
The beautiful reddish color and motif of wood fiber, making sonokembang wood as the wood of choice for furniture making, high-class cabinet, musical instruments, parquet flooring, decorative wood paneling, tool handles, and for peeling as decorative veneers for coating plywood and expensive tables. Low shrinkage properties after drying, making this wood suitable for manufacturing tools that require accuracy.
Stem that is attacked by disease so berkenjal (monggol) produces strong and well-patterned wood, which is known as "amboyna". This term comes from the Ambon place name, which in the past many issued the intended wood which was traded as linggua, book wood or root wood (carrot). But actually this diseased wood, which is similar to gembol on teak trees, is mainly produced by the eastern part of Seram Island.
The sap that comes out of the pepagan will thicken and become dark red / blood red, called kino or sangre de drago (dragon's blood), and has medicinal power (astringensia)
Pterocarpus indicus |
#Angsana
#SonoKembang
#Pterocarpus indicus
#Narra
#rosewood
#amboyna
#KebunRayaBogor
0 Response to "Pohon Angsana Pterocarpus indicus, Alias Sono Kembang"
Post a Comment