Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila
Ordo: Ericales
Famili: Sapotaceae
Genus: Manilkara
Spesies: Manilkara zapota (L.) P. Royen
Synonim :
Achras zapota L.
Manilkara zapotilla (Jacq.) Gilley
M. achras (Mill.) Forsberg.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari Amerika tropis -seperti Guatemala, Meksiko, dan Hindia Barat- dan di Jawa, tumbuhan ini bisa didapati di dataran rendah. Para penjajah bangsa Spanyol membawanya dari Meksiko ke Filipina, dan kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara.
Kini sawo manila telah ditanam di banyak daerah tropis di dunia. Koleksi plasma nutfah sawo manila terdapat di Los Banos (Filipina), Queensland (Australia), India, Kuba, Brasil, Kosta Rika, Florida dan Hawaii (Amerika Serikat) dan beberapa negara lain.
Sawo manila merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Wilayah ini adalah produsen dan sekaligus konsumen utama buah ini di dunia. Sawo disukai terutama karena rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut.
Kebanyakan buah sawo manila dimakan dalam keadaan segar sebagai buah meja. Akan tetapi sawo dapat pula diolah menjadi serbat (sherbet), dicampurkan ke dalam es krim, atau dijadikan selai. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Getahnya dapat dijadikan lem ataupun pernis.
Getah pohon sawo disadap di Amerika, dikentalkan menjadi chicle yang merupakan bahan permen karet alami. Getah ini juga diolah menjadi aneka bahan baku industri sebagai pengganti getah perca dan bahan penambal gigi.
Kayu sawo berkualitas bagus, tergolong kayu keras dan berat, dengan tekstur halus dan pola warna yang menarik. Kayu ini terutama disukai sebagai bahan perabot dan ukir-ukiran, termasuk untuk pembuatan patung, karena sifatnya yang mudah dikerjakan dan mudah dipelitur dengan hasil yang baik. Kayu sawo memiliki keawetan yang baik, tahan terhadap serangan jamur dan serangga. Kayu ini juga merupakan favorit anak-anak di Jawa untuk membuat gasing.
Kulit kayunya menghasilkan tanin, yang secara tradisional digunakan nelayan sebagai bahan pencelup (ubar) layar dan alat pancing. Beberapa bagian pohon sawo juga digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk mengatasi diare (tanin yang terkandung pada kulit batang), demam (tanin dan biji), dan bahan bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin (bunga). Menurut penelitian yang dikutip Setiawan Dalimartha bahwa secara in vitro, ekstrak daun sawo manila dengan kadar 0,5%, 1%, dan 2% dapat meningkatkan kelarutan batu ginjal dan garam kalsium lainnya. Diketahui juga, bahwa daya larut ekstrak metanol lebih besar daripada ekstrak air.
Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 mdpl. Dapat tumbuh di ketinggian 300 mdpl. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Tanah yang paling cocok adalah tanah lempung berpasir yang subur dan berpengairan baik.
Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak. Di Thailand, musim puncak ini berkisar antara bulan September hingga Desember, sedangkan di Filipina antara Desember – Februari.
Di India, buah akan matang pada umur sekitar 29 minggu. Buah ini biasanya dipanen dengan hati-hati dari tangkainya, ditaruh di atas tanah atau direndam air agar getahnya habis keluar, lalu dicuci dan digosok kulitnya untuk membuang sisik-sisik di bagian luar.
Buah yang baru dipetik itu masih keras, dan perlu disimpan 3-7 hari agar menjadi masak dan lunak, sehingga enak dimakan. Buah yang diperdagangkan biasanya masak dalam perjalanannya ke pasar atau sampai ke pembeli. Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan buah sawo.
Order: Ericales
Family: Sapotaceae
Genus: Manilkara
Species: Manilkara zapota (L.) P. Royen
Synonyms:
Achras zapota L.
Manilkara zapotilla (Jacq.) Gilley
M. achras (Mill.) Forsberg.
This plant is thought to originate from tropical America - like Guatemala, Mexico, and the West Indies - and on Java, this plant can be found in the lowlands. The Spanish invaders brought him from Mexico to the Philippines, and possibly from there spread to Southeast Asia.
Now sapodilla manila has been planted in many tropical regions of the world. Collection of manila germplasm is found in Los Banos (Philippines), Queensland (Australia), India, Cuba, Brazil, Costa Rica, Florida and Hawaii (United States) and several other countries.
Sawo manila is a fruit that is very popular in Southeast Asia. This region is the main producer and consumer of this fruit in the world. Sapodilla is preferred mainly because of its sweet taste and soft flesh.
Most sapodilla manila is eaten fresh as a table fruit. However, sapodilla can also be processed into sherbet (sherbet), mixed in ice cream, or made jam. Sapodilla juice can be concentrated into syrup, or fermented into wine or vinegar. The sap can be used as glue or varnish.
Sap sap in the United States, thickened into a chicle which is a natural gum. This sap is also processed into a variety of industrial raw materials as a substitute for patches of gum and dental fillings.
Sawo wood is of good quality, classified as hard and heavy wood, with a smooth texture and attractive color patterns. This wood is especially preferred as material for furniture and carvings, including for making sculptures, because it is easy to work with and easily polished with good results. Sapodilla has good durability, is resistant to fungus and insect attack. This wood is also a favorite of children in Java for making tops.
The bark produces tannins, which are traditionally used by fishermen as screen dyes and fishing rods. Some parts of the sapodilla tree are also used as ingredients of traditional medicine to treat diarrhea (tannins contained in the bark), fever (tannins and seeds), and powder ingredients to restore the body after giving birth (flowers). According to research cited by Setiawan Dalimartha that in vitro, sapodilla manila leaf extracts with levels of 0.5%, 1%, and 2% can increase the solubility of kidney stones and other calcium salts. It is also known, that the solubility of methanol extract is greater than water extract.
Sawo manila is widely planted in low-lying areas, although it can grow well to a height of around 2500 masl. Can grow at an altitude of 300 meters above sea level. Brown trees are resistant to drought, rather high salinity, and strong winds. The most suitable soil is fertile and well-drained sandy loam.
Sapodilla can flower and bear fruit throughout the year, but in general there are one or two peak fruiting seasons. In Thailand, this peak season ranges from September to December, while in the Philippines between December - February.
In India, the fruit will ripen at around 29 weeks. This fruit is usually harvested carefully from the stem, placed on the ground or soaked in water so that the sap runs out, then washed and rubbed the skin to remove the scales on the outside.
The freshly picked fruit is still hard, and needs to be stored for 3-7 days to become ripe and soft, so it is delicious to eat. The traded fruit is usually ripe on its way to the market or to the buyer. Storage in low temperatures can extend the shelf life of sapodilla fruit.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Ordo: Ericales
Famili: Sapotaceae
Genus: Manilkara
Spesies: Manilkara zapota (L.) P. Royen
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Synonim :
Achras zapota L.
Manilkara zapotilla (Jacq.) Gilley
M. achras (Mill.) Forsberg.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Tanaman ini diperkirakan berasal dari Amerika tropis -seperti Guatemala, Meksiko, dan Hindia Barat- dan di Jawa, tumbuhan ini bisa didapati di dataran rendah. Para penjajah bangsa Spanyol membawanya dari Meksiko ke Filipina, dan kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Kini sawo manila telah ditanam di banyak daerah tropis di dunia. Koleksi plasma nutfah sawo manila terdapat di Los Banos (Filipina), Queensland (Australia), India, Kuba, Brasil, Kosta Rika, Florida dan Hawaii (Amerika Serikat) dan beberapa negara lain.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Sawo manila merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Wilayah ini adalah produsen dan sekaligus konsumen utama buah ini di dunia. Sawo disukai terutama karena rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut.
Kebanyakan buah sawo manila dimakan dalam keadaan segar sebagai buah meja. Akan tetapi sawo dapat pula diolah menjadi serbat (sherbet), dicampurkan ke dalam es krim, atau dijadikan selai. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Getahnya dapat dijadikan lem ataupun pernis.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Getah pohon sawo disadap di Amerika, dikentalkan menjadi chicle yang merupakan bahan permen karet alami. Getah ini juga diolah menjadi aneka bahan baku industri sebagai pengganti getah perca dan bahan penambal gigi.
Kayu sawo berkualitas bagus, tergolong kayu keras dan berat, dengan tekstur halus dan pola warna yang menarik. Kayu ini terutama disukai sebagai bahan perabot dan ukir-ukiran, termasuk untuk pembuatan patung, karena sifatnya yang mudah dikerjakan dan mudah dipelitur dengan hasil yang baik. Kayu sawo memiliki keawetan yang baik, tahan terhadap serangan jamur dan serangga. Kayu ini juga merupakan favorit anak-anak di Jawa untuk membuat gasing.
Kulit kayunya menghasilkan tanin, yang secara tradisional digunakan nelayan sebagai bahan pencelup (ubar) layar dan alat pancing. Beberapa bagian pohon sawo juga digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk mengatasi diare (tanin yang terkandung pada kulit batang), demam (tanin dan biji), dan bahan bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin (bunga). Menurut penelitian yang dikutip Setiawan Dalimartha bahwa secara in vitro, ekstrak daun sawo manila dengan kadar 0,5%, 1%, dan 2% dapat meningkatkan kelarutan batu ginjal dan garam kalsium lainnya. Diketahui juga, bahwa daya larut ekstrak metanol lebih besar daripada ekstrak air.
Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 mdpl. Dapat tumbuh di ketinggian 300 mdpl. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Tanah yang paling cocok adalah tanah lempung berpasir yang subur dan berpengairan baik.
Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak. Di Thailand, musim puncak ini berkisar antara bulan September hingga Desember, sedangkan di Filipina antara Desember – Februari.
Di India, buah akan matang pada umur sekitar 29 minggu. Buah ini biasanya dipanen dengan hati-hati dari tangkainya, ditaruh di atas tanah atau direndam air agar getahnya habis keluar, lalu dicuci dan digosok kulitnya untuk membuang sisik-sisik di bagian luar.
Buah yang baru dipetik itu masih keras, dan perlu disimpan 3-7 hari agar menjadi masak dan lunak, sehingga enak dimakan. Buah yang diperdagangkan biasanya masak dalam perjalanannya ke pasar atau sampai ke pembeli. Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan buah sawo.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Order: Ericales
Family: Sapotaceae
Genus: Manilkara
Species: Manilkara zapota (L.) P. Royen
Synonyms:
Achras zapota L.
Manilkara zapotilla (Jacq.) Gilley
M. achras (Mill.) Forsberg.
This plant is thought to originate from tropical America - like Guatemala, Mexico, and the West Indies - and on Java, this plant can be found in the lowlands. The Spanish invaders brought him from Mexico to the Philippines, and possibly from there spread to Southeast Asia.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Now sapodilla manila has been planted in many tropical regions of the world. Collection of manila germplasm is found in Los Banos (Philippines), Queensland (Australia), India, Cuba, Brazil, Costa Rica, Florida and Hawaii (United States) and several other countries.
Sawo manila is a fruit that is very popular in Southeast Asia. This region is the main producer and consumer of this fruit in the world. Sapodilla is preferred mainly because of its sweet taste and soft flesh.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Most sapodilla manila is eaten fresh as a table fruit. However, sapodilla can also be processed into sherbet (sherbet), mixed in ice cream, or made jam. Sapodilla juice can be concentrated into syrup, or fermented into wine or vinegar. The sap can be used as glue or varnish.
Sap sap in the United States, thickened into a chicle which is a natural gum. This sap is also processed into a variety of industrial raw materials as a substitute for patches of gum and dental fillings.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Sawo wood is of good quality, classified as hard and heavy wood, with a smooth texture and attractive color patterns. This wood is especially preferred as material for furniture and carvings, including for making sculptures, because it is easy to work with and easily polished with good results. Sapodilla has good durability, is resistant to fungus and insect attack. This wood is also a favorite of children in Java for making tops.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
The bark produces tannins, which are traditionally used by fishermen as screen dyes and fishing rods. Some parts of the sapodilla tree are also used as ingredients of traditional medicine to treat diarrhea (tannins contained in the bark), fever (tannins and seeds), and powder ingredients to restore the body after giving birth (flowers). According to research cited by Setiawan Dalimartha that in vitro, sapodilla manila leaf extracts with levels of 0.5%, 1%, and 2% can increase the solubility of kidney stones and other calcium salts. It is also known, that the solubility of methanol extract is greater than water extract.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Sawo manila is widely planted in low-lying areas, although it can grow well to a height of around 2500 masl. Can grow at an altitude of 300 meters above sea level. Brown trees are resistant to drought, rather high salinity, and strong winds. The most suitable soil is fertile and well-drained sandy loam.
Sapodilla can flower and bear fruit throughout the year, but in general there are one or two peak fruiting seasons. In Thailand, this peak season ranges from September to December, while in the Philippines between December - February.
In India, the fruit will ripen at around 29 weeks. This fruit is usually harvested carefully from the stem, placed on the ground or soaked in water so that the sap runs out, then washed and rubbed the skin to remove the scales on the outside.
The freshly picked fruit is still hard, and needs to be stored for 3-7 days to become ripe and soft, so it is delicious to eat. The traded fruit is usually ripe on its way to the market or to the buyer. Storage in low temperatures can extend the shelf life of sapodilla fruit.
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Manilkara zapota (L.) P. Royen alias Sawo Manila |
Saya paling suka buah Sawo, manis dan unik bentuknya
ReplyDeleteAJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856