SEJARAH KOPI
SEJARAH KOPI
SEJARAH KOPI
Berdasarkan dari legenda sejarah kopi, dari seorang penggembala di semenanjung Peninsula di ujung bagian selatan Arab bernama kaldi menemukan bahwa kambing-kambing yang digembalakannya bergerak lincah disekitar tanaman dengan daun hijau dengan buahnya yang berwarna merah cerah . Kaldi lalu mengamati bahwa penyebab kambing-kambingnya selalu lincah dan segar adalah karena memakan buah aneh tersebut. Lalu dia pun mencoba buah tersebut dan merasa mempunyai pengaruh menambah kekuatan. Efek stimulasi yang timbul dari buah ini juga dirasakan oleh pendeta-pendeta di kuil untuk bertahan supaya terjaga pada saat mereka berdoa dan menyebarkannya ke kuil yang ada di seluruh dunia. Inilah kelahiran Kopi “ C O F F E E”
Berkaitan dengan sejarah legenda kopi, pada saat sekarang ini para ahli botani memberikan gambaran yang berbeda mengenai asal kopi. Bukti-bukti menunjukkan bahwa sejarah biji kopi dimulai dari plato yang ada di Ethiopia bagian tengah dank arena sesuatu hal terbawa ke Yaman dan mulai ditanam di sana pada abad 6th.. Setelah diperkenalkan pertama kali di warung kopi di Kairo dan Mekah, kopi menjadi penmbah gairah disbanding sebagai stimulant.
Sejarah Perjalanan Biji Kopi
Buah Kopi Segar alias Cherry |
Sejarah kopi dapat ditelusuri jejaknya dari sekitar abad ke-9, di dataran tinggi Ethiopia. Dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman, dan kemudian pada abad limabelas menjangkau lebih luas ke Persia, Mesir, Turki dan Afrika utara.
Pada awalnya kopi kurang begitu diterima oleh sebagian orang. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan othodoks di majelis keagamaan di Makkah. Akan tetapi karena popularitas minuman ini, maka larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa, dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690, karena tanaman atau biji mentahnya tidak diijinkan keluar kawasan Arab. Ini kemudian berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Tanaman Kopi Arabica yang berbunga Lebat |
Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa, karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis; sebagian hal ini karena didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris. Minat orang Amerika terhadap kopi bertumbuh pada awal abad ke-19, menyusul terjadinya perang pada tahun 1812, di mana akses impor teh terputus sementara, dan juga karena meningkatnya teknologi pembuatan minuman, maka posisi kopi sebagai komoditas sehari-hari di Amerika menguat.
Sejarah Kopi di Indonesia
Asal-usul
Pada awalnya kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka (Ceylon). Pada awalnya pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tenga, Jawa Barat, Sumatera dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi Arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Penyakit Karat daun Hemileia vastatrix |
Pemerintah Belanda kemudian menanam Kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi Liberika sedikit lebih besar dari biji kopi Arabika dan Kopi robusta. Sebenarnya, perkebunan kopi ini tidak terserang hama, namun ada revolusi perkebunan dimana buruh perkebunan kopi menebang seluruh perkebunan kopi di Jawa pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumya.
Status industri saat ini
Robusta menggantikan kopi Liberika. Walaupun ini bukan kopi yang khas bagi Indonesia, kopi ini menjadi bahan ekspor yang penting di Indonesia.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan - semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika. Kopi Arabika juga banyak diproduksi di kebun - kebun seperti (Kayumas, Blawan, Kalisat/jampit)di Bondowoso, Jawa Timur. Sedangkan kopi robusta di Jawa Timur, banyak diproduksi dari kebun - kebun seperti Ngrangkah Pawon (Kediri), Bangelan (Malang), Malangsari, Kaliselogiri (Banyuwangi). Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Kopi Robusta tumbuh di daerah rendah sedangkan kopi Arabika tumbuh di daerah tinggi.
Setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih oleh pemerintah yang baru atau ditinggalkan. Saat ini sekitar 92% produksi kopi berada di bawah petani-petani kecil atau koperasi.
Sejarah kopi dalam Tahun
Gubernur Belanda di Malabar (india) mengirimkan bibit kopi Yemeni atau Kopi Arabika kepada Gubernur Belanda di Batavia yang saat ini kita sebut Jakarta pada tahun 1698. Bibit-bibit pertama yang dikirim ini gagal dan mati karena banjir yang melanda Batavia. Untuk menggantikan bibit-bibit ini,maka dikirim lagi bibit baru pada tahun 1699. Tanaman inilah yang menjadi cikal bakal karena tumbuh dengan baik dan pada tahun 1711 pertama kali diekspor ke Eropa dari Jawa oleh Perusahaan Belanda (Ducth East India Company) yang akhirnya dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602. Selama pengusahaan 10 tahun, ekspor semakin meningkat mencapai 60 ton per tahun. Indonesia merupakan lokasi pertama di luar Arab dan Ethiopia sebagai tempat penanaman kopi dan menjadi perdagangan monopoli VOC dari tahun 1725 sampai tahun 1780.
Biji-biji kopi ini dikapalkan ke Eropa dari pelabuhan Batavia, melalui pelabuhan sungai Ciliwung yang ada sejak 397 sebelum masehi pada saat raja Purnawarman membangun kota yang disebut Sunda Kelapa. Pada Musium Bahari yang merupakan bekas gudang VOC tempat penyimpanan kopi dan lada kita dapat menelusuri sejarah ini, termasuk Menara Syahbandar yang dibangun pada tahun 1839 untuk menggantikan posisi bendera yang merupakan ujung dari pelabuhan tempat kapal-kapal VOC berlabuh untuk bongkar muat.
Pada tahun 1700-an, kopi dikapalkan dan dikirim dari Batavia ke Amsterdam dengan harga 3 Guilders per kilogram. Pada akhir abad ke 18, harga kopi mulai menurun menjadi 0.6 Guilders per kilogram dan dengan harga ini yang sebelumnya peminum kopi hanya dari kalangan bangsawan kopi sudah dapat dinikmati dari bangsawan sampai penduduk biasa.
Perdagangan kopi pada saat itu sangat menguntungkan VOC, tetapi keuntungan petani Indonesia sangat minim karena program tanam paksa oleh pemerintah kolonial Belanda. Dalam teorinya, produksi kopi yang diekspor pendapatannya diperuntukkan bagi petani-petani di Jawa untuk membayar pajak mereka. Dalam hal ini kita kenal sebagai Tanam paksa (Cultuurstelsel) dan hal ini mencakup juga lada, rempah-rempah lain serta tanaman tropis lainnya. Program tanam paksa untuk kopi di mulai di Preanger (Priangan), salah satu daerah di Jawa Barat. Dalam prakteknya harga yang ditentukan oleh Pemerintah Belanda sangat rendah dan dipaksa dengan kekerasan supaya merubah tanaman padi ke kopi.
Pada pertengahan 1790, Pemerintah Hindia Belanda memperluas tanaman kopi Arabika sampai Sumatera, bali, Sulawesi dan Timor. Di Sulawesi tanaman kopi pertama ditanam pada tahun 1750, dan di dataran tinggi Sumatera Utara ditanam pertama kali pada tahun 1888 di sekitar Danau Toba kemudian di dataran tinggi Gayo, Aceh di dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.
Pada tahun 1860, Pegawai pemerintahan Belanda Eduard Douwes Dekker, menulis buku yang berjudul “Max Havelaar and the Coffee Auctions of the Ducth Trading Company”, yang menceritakan tekanan terhadap petani dan menggambarkan pegawai-pegawai yang kejam dan penuh korupsi. Buku ini merubah pola pikir masyarakat Belanda tentang “Sistem Tanam Paksa” dan penjajahan Belanda.
Pada akhir tahun 1800, Pemerintah belanda membangun Perkebunan kopi yang cukup besar di kawasan Ijen Plato di Jawa Timur. Pada tahun 1920-an petani-petani kopi Indonesia mulai berkembang dan menjadikan kopi sebagai komoditi pertanian mereka. Pada tahun 1876, terjadi serangan karat daun yang menghancurkan hampir seluruh perkebunan kopi yang hampir semuanya menggunakan varietas Typica. Pada akhirnya kopi Robusta dimasukkan ke Indonesia untuk menggantikan Arabika pada tahun 1900 di Jawa Timur terutama untuk daerah-daerah rendah yang paling berat diserang oleh karat daun.
Suasana di Perkebunan |
Perkebunan-perkebunan di daerah Jawa pada akhirnya dinasionalisasikan setelah masa kemerdekaan dan diperbaiki dengan varietas kopi arabika yang baru pada tahun 1950 an dan berbagai program perbaikan lainnya.
.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete